Dalam kesempatan itu Diky dan Viman juga kompak memaparkan program “Tasik Pelak” yang menjadi satu dari empat program unggulan pasangan ini. Diky yakin program ini bisa menjadi solusi dari sejumlah masalah yang ada di Kota Tasikmalaya. Mulai dari lapangan pekerjaan, kemiskinan, inflasi, sampai kaitannya dengan masalah sampah.
“Kami ingin bangun ekonomi dari beberapa pesisir kota. Jadi tak jadi kita tetap komunikasi dengan masyarakat soal pengembangan potensi ekonomi. Kita tak mungkin bisa dorong warga: ayo bayar pajak! bayar retribusi! Sementara, pemerintah belum bisa berikan apa-apa ke masyarakat,” paparnya.
Dalam kesempatan tersebut, Diky juga sempat ditanya mengenai alasannya dahulu mundur dari jabatan Wakil Bupati Garut, apakah akan melakukan hal serupa jika Diky dan Viman menemui ketidakcocokan di tengah jalan saat menjabat?
Baca Juga:Pemkab Ciamis Diminta Transparan Soal Penyaluran Dana HibahCuking, Eks Ketua NPCI Jabar Asal Ciamis Ditahan Kejati Akibat Dugaan Penyelewengan Dana Hibah Rp 122 Miliar
Diky pun menjelaskan persoalan itu secara lugas. Ia menceritakan bahwa kala itu dia bukan ‘pundung’ alias merajuk. Akan tetapi ada beberapa poin yang menjadi landasan dirinya untuk akhirnya memutuskan mundur dari jabatan.
“Saya dulu bareng independent dengan bupati. Sementara, di tengah jalan, bupati masuk parpol. Sementara, saya harus mundur karena tak bisa masuk parpol. Dibilang makan gaji buta. Kemudian, ada alasan lain yang tak bisa saya ceritakan, jatuhnya nanti gibah. Kalau saya di Kota Tasik ini, istiqomah bareng Pak Viman, akan saya ingatkan. Sekarang saya paling cerewet, dan enaknya Pak Viman itu mau diberi masukan dan diajak diskusi. Problem memang kalau pemimpin memperkaya diri tanpa pikirkan masyarakat, dan bebal ketika dikasih tahu, itu bahaya,” tuturnya menceritakan.
“Jangan kan jabatan, saya mundur tak cuma di Garut, (film) Seri Lorong Waktu juga, dulu saya mundur karena ada adegan pelukan, yang tidak sesuai dan komitmen dari awal. Ini soal menjaga integritas dan prinsip. Katanya mau bangun masyarakat, kok ngabeungharkeun maneh misalnya begitu, saya pasti tak akan mau” lanjut Diky.
Maka dari itu, di Pilkada ini, selepas ditakdirkan memimpin ia akan selalu mensupport Viman dan paling cerewet mengingatkan. Itu semata dia lakukan bukan karena kemauan pribadi atau kepuasan pribadi. “Tapi sebagai tanggungjawab untuk mengabdi kepada masyarakat,” ucapnya.