Hari Santri dan Syair Lagu Berjudul Kota Santri, Tantangan untuk Ulama dan Umara di Kota Tasikmalaya

hari santri
Dadan Alisundana
0 Komentar

Oleh: Dadan Alisundana

Tanggal 26 November 2021, saya menciptakan lagu berjudul Kota Santri. Urusan bagaimana menjadi lagu hingga dinyanyikan dan rekaman, saya serahkan ke Kang Edi Risana Singa Perwata.

Kang Edi Risana ini musisi dari Bandung. Mukim di Ciwidey. Dikenal sebagai musisi idealis. Juga seorang ustadz. Suaranya mirip Iwan Fals. Salah satu idolanya sih.

Sejak kecil Kang Edi Risana jatuh cinta dengan musik. Main gitarnya jago. Semasa mahasiswa era 90-an di kampusnya, Universitas Islam Bandung, dia sering ikut demonstrasi.

Baca Juga:Populer dan Peduli Sosial, bank bjb Buktikan Diri di Indonesia Best Financial Awards 2024Bagaimana Memilih Kualitas dan Harga Kertas HVS Terbaik untuk Kebutuhan Bisnis Anda

Bagian dia memanaskan massa dengan menyanyikan lagu-lagu perlawanan kepada rezim orde baru.

Karya-karya lagunya tidak komersil. Begitulah khas seniman idealis. Karya musik bagi mereka adalah jalan perjuangan. Dendangan lirik-lirik lagu dijadikan salah satu bentuk perlawanan.

Ketika saya serahkan coretan kata-kata wujud syair Kota Santri, Kang Edi antusias.

Sekitar dua pekan dia garap dan rekaman di studio langganannya. Lalu dia kirimkan file lagu itu via pesan WhatsApp.

“Dengarkan. Ini lagu keren banget!” cerocos Kang Edi Risana saat menelepon saya usai kirimkan file itu.

“Ente telat. Harusnya ini pas Hari Santri bulan Oktober. Jadi pas jadi hadiah Hari Santri,” kata Kang Edi.

Saya juga tidak menyangka setelah mendengarkan lagu yang dinyanyikan Kang Edi. Kepiawaian dia sebagai seniman, musisi, mengubahnya jadi lantunan lagu yang khas.

Baca Juga:Fonseca Puas, Tidak Adil Jika AC Milan Tak Menang Lawan UdineseDua Kali Gol Dianulir Lawan AC Milan, Pelatih Udinese: Tidak Ada Gunanya Mengatakan Apa Pun

Coretan kata-kata berwujud syair lagu Kota Santri, disulap menjadi lagu yang enak didengarkan.

Sampai-sampai owner Asia Plaza Tjong Djong Mien alias Ko Acong, antusias memutar lagu itu di supermarketnya.

Setiap tiba waktu sholat setelah adzan dikumandangkan di audio mal, lagu Kota Santri diputar. Menggema sampai saat ini.

“Lagunya bagus Kang Dadan. Biar diputar di mal saya,” begitu permintaan Ko Acong beberapa tahun lalu.

Dalam suatu kesempatan saya bertemu KH Abdul Aziz, pimpinan Ponpes Miftahul Huda Manonjaya. Begitu mendengarkan lagu Kota Santri, beliau manggut-manggut.

Kata beliau, memang Kota Santri harusnya seperti lirik lagu itu. “Akang simpan,” ujarnya sambil menyimpan file lagu Kota Santri di dokumen HP-nya.

0 Komentar