TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Industri olahraga di Indonesia memiliki prospek yang menjanjikan, namun sayangnya potensi ini belum sepenuhnya tergarap, terutama dalam bidang produk dan jasa olahraga.
Di tengah situasi ini, seorang pengrajin kayu di Kota Tasikmalaya justru berhasil meraih pasar luar negeri dengan mengekspor bet pingpong ke Malaysia, meski peminat di dalam negeri semakin menurun.
Bet pingpong dengan merek Kosaka, yang merupakan akronim dari tiga nama pencetusnya—Komariah, Supki, dan Krismana—setiap minggunya memproduksi sekitar 200 unit.
Baca Juga:Cuking, Eks Ketua NPCI Jabar Asal Ciamis Ditahan Kejati Akibat Dugaan Penyelewengan Dana Hibah Rp 122 MiliarMAKLUMAT EYANG!!
Produk ini telah tersebar di berbagai kota besar di Pulau Jawa, seperti Jakarta, Surabaya, Malang, Kediri, dan Semarang.
Fazmi Nur Syamsi, pemilik Kosaka generasi kedua, berhasil membawa usaha keluarganya menembus pasar Malaysia.
“Ekspor ke Malaysia sebanyak 100-500 pcs. Mereka untuk dijualkan lagi itu masih tahun 2024 pada saat bulan puasa produksinya,” kata Fazmi saat ditemui di gudang produksi, Senin 21 Oktober 2024.
Fazmi menyebutkan bahwa harga satu set bet pingpong berkisar antara Rp75.000 hingga Rp500.000, tergantung pada jenis dan kualitas bahan.
Namun, saat ini ia menghadapi kesulitan dalam mendapatkan bahan baku karbon impor yang biasanya didatangkan dari Jepang dan Korea.
“Ada pesanan untuk PON kemarin. Satu set harganya 500k, cuman yang ini bahannya sedang susah. Entah mau dilanjut atau tidak. Dari kualitasnya beda, susah dicari. Bahan baku ti urang disilang dengan yang impor. Dari karbonnya beda, bahannya susah. Bet yang harga 500k orang tertentu yang beli. Pas ramai itu 500k pas tahun 2021,” jelasnya.
Selain tantangan bahan baku, Fazmi juga harus bersaing dengan produk asal China yang dikenal dengan harga murah dan kualitas yang cukup baik.
Baca Juga:TPP Pegawai Pemkab Ciamis Sering Telat, Tokoh Pemuda Usul Pemerintah Lakukan Penyesuaian AnggaranIvan Dicksan Sebut Petiga Idaman Pendukung Paling Solid dan Mengakar di Pilkada 2024!
“Barang China banyak masuk ke sini, dari segi kuakitas rapi, harga minim, cuman rasanya beda saat pakai. Tergantung pada pemakaian dan perawatan,” katanya.
Meski begitu, Kosaka yang telah berdiri sejak tahun 1986 dan menjadi satu-satunya produsen bet pingpong di Priangan Timur, masih optimistis dapat bersaing dengan produk luar.
Namun, Fazmi mencatat bahwa minat masyarakat lokal terhadap produk Kosaka semakin menurun, sehingga penjualan di pasar domestik tidak mengalami lonjakan yang signifikan.