CIAMIS, RADARTASIK.ID – Komunitas Alumni Perguruan Tinggi (KAPT) Kabupaten Ciamis menyampaikan penyesalan mereka terkait pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Kabupaten Ciamis yang hanya diikuti oleh calon tunggal.
Mereka menilai, situasi ini mencerminkan hilangnya esensi demokrasi di wilayah tersebut.
“Pemilihan ini dinilai lebih sebagai perayaan oligarki, dimana sekelompok elit politik menguasai seluruh proses politik,” ujar Koordinator KAPT Kabupaten Ciamis, Yadi Kusmayadi, saat diwawancarai Radar pada Jumat 18 Oktober 2024.
Baca Juga:Cuking, Eks Ketua NPCI Jabar Asal Ciamis Ditahan Kejati Akibat Dugaan Penyelewengan Dana Hibah Rp 122 MiliarMAKLUMAT EYANG!!
Menurut dia, dengan adanya calon tunggal, Pilkada di Kabupaten Ciamis lebih pantas disebut sebagai “pesta pora oligarki.” Dia menambahkan bahwa kondisi ini mencerminkan lenyapnya esensi demokrasi yang sebenarnya.
“Pilkada seperti ini hanya menguntungkan kartel politik. Kartel yang saya maksud adalah sekelompok atau beberapa orang yang menguasai proses politik,” ujarnya.
Yadi juga mengungkapkan kekhawatirannya bahwa masyarakat Ciamis kehilangan peluang untuk mendapatkan pemimpin yang benar-benar visioner dan memahami kebutuhan lokal.
Padahal Pilkada seharusnya menjadi ajang untuk mencari pemimpin yang mampu mengerti budaya dan keinginan masyarakat.
“Akan tetapi sekarang, ini hanya menjadi alat bagi partai politik yang semakin pragmatis dan tunduk pada kekuasaan elit,” ungkap dia.
Lebih lanjut, Yadi menekankan bahwa situasi ini mencerminkan tantangan besar bagi demokrasi di Kabupaten Ciamis, di mana proses politik dikuasai oleh elit dan aspirasi masyarakat terpinggirkan.
Ia juga menyoroti peran partai politik yang semakin pragmatis dalam mendukung calon tunggal, tanpa ada ruang untuk kompetisi ide yang sehat.
Baca Juga:TPP Pegawai Pemkab Ciamis Sering Telat, Tokoh Pemuda Usul Pemerintah Lakukan Penyesuaian AnggaranIvan Dicksan Sebut Petiga Idaman Pendukung Paling Solid dan Mengakar di Pilkada 2024!
“Saat ini partai bukannya beradu gagasan demi kepentingan publik. Saat ini akan tetapi justru bersama-sama memberi karpet merah kepada kartel politik dengan mendukung calon tunggal, tanpa mementingkan rakyatnya,” tegasnya.
Yadi juga mengkritik ketentuan undang-undang Pilkada yang mengharuskan calon tunggal bertarung melawan kotak kosong. Menurutnya, hal tersebut tidak menjamin keberhasilan bagi masyarakat luas.
“Hasil akhirnya tetap saja akan menguntungkan kelompok kecil tersebut, karena jika kotak kosong menang, mereka tetap bisa mengangkat penjabat sementara yang sesuai dengan kepentingan mereka,” pungkasnya.
Dengan demikian, KAPT Ciamis menilai bahwa Pilkada di Kabupaten Ciamis kali ini tidak hanya merugikan demokrasi, tetapi juga mengancam kesempatan masyarakat untuk mendapatkan pemimpin yang benar-benar mampu mewakili aspirasi rakyat. (Fatkhur Rizqi)