Fenomena Anak Tidak Sekolah di Kota Tasikmalaya Masih Tinggi, di Cipedes Ditemukan 226 Anak

anak tidak sekolah
Deputi Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan Kementerian PPN/Bappenas, Maliki ST MSIE PhD, memaparkan data anak tidak sekolah di Cipedes, pada 12 Oktober lalu. (Ayu Sabrina/Radartasik.id)
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Kota Tasikmalaya masih menghadapi masalah serius terkait fenomena anak tidak sekolah (ATS). Angka ATS tertinggi justru terjadi di kalangan anak-anak usia wajib belajar, yakni jenjang sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP). Salah satu faktor utama penyebab tingginya angka ATS adalah kondisi ekonomi yang sulit.

Deputi Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan Kementerian PPN/Bappenas, Maliki ST MSIE PhD, mengungkapkan data terkait ATS melalui Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Desa Cemara (Cerdas, Mandiri, Sejahtera). Program ini dilaksanakan di Kelurahan Cipedes, Kota Tasikmalaya, yang menjadi salah satu target wilayah program tersebut.

Dalam survei yang dilakukan selama hampir satu tahun, ditemukan bahwa ada 115 anak perempuan dan 111 anak laki-laki di Kelurahan Cipedes yang tidak mengenyam pendidikan meskipun berada dalam usia wajib sekolah.

Baca Juga:Cuking, Eks Ketua NPCI Jabar Asal Ciamis Ditahan Kejati Akibat Dugaan Penyelewengan Dana Hibah Rp 122 MiliarMAKLUMAT EYANG!!

“Banyak yang seharusnya memang dia sekolah, sementara dengan data itu kita sudah tahu mereka itu ada di mana, siapa, alamatnya di mana. Ini harusnya bisa segera ditindaklanjuti oleh pemerintah daerah, terutama untuk kelurahan, alhamdulilah dari segi persentasi sedikit lebih rendah dibandingkan nasional, yaitu 11 persen, Cipedes sekitar 7 persen,” ujar Maliki saat penyampaian data di Aula Kantor Kelurahan Cipedes, Kecamatan Cipedes, Sabtu (12/10/24).

Namun, Maliki menjelaskan bahwa belum ada kepastian mengenai alasan di balik banyaknya anak yang tidak bersekolah. Beberapa faktor kemungkinan penyebabnya adalah masalah biaya yang terkait dengan kemiskinan atau kurangnya pemahaman tentang pentingnya pendidikan 12 tahun.

“Jadi dari data itu kita harus kembali melengkapi lagi, kondisi mereka itu seperti apa, alasannya apa, karena mungkin intervensinya berbeda-beda. Ada yang sudah bekerja, seharusnya dia memilih paket A, Paket B, tetapi kalau misal dia memang masih berkeinginan sekolah, tapi ada halangan misalnya dari sisi biaya, dari sisi mungkin juga dorongan dari keluarga, ini yang harus kita selesaikan dengan Kementerian lembaga yang berbeda, Kemendikbud, atau pemberdayaan keluarga dan sebagainya,” tambahnya.

Di sisi lain, Lurah Cipedes, Deden Setiawan, yang ditemui di ruangannya mengaku belum menerima data yang dipaparkan oleh Bappenas tersebut. Namun, ia mengetahui bahwa Kelurahan Cipedes menjadi satu-satunya lokasi di Kota Tasikmalaya yang menjadi target program Desa Cemara.

0 Komentar