Calla Lily, Inovasi Tas yang Pertahankan Warisan Bordir Kawalu Tasikmalaya

Calla Lily
Owner Calla Lily Muhammad Pandu Rizki Himawan menunjukkan tas Calla Lily yang mempertahankan bordir secara manual dalam proses produksinya, Senin, 14 Oktober 2024. (Fitriah Widayanti/Radartasik.id)
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Bordir Kawalu, salah satu seni bordir khas Tasikmalaya, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas budaya lokal.

Pada awalnya, seni ini digunakan untuk mempercantik pakaian adat, namun kini telah berkembang menjadi produk komersial yang mendunia.

Keunikan bordir Kawalu terletak pada tekniknya yang rumit dan detail, dengan perpaduan antara tangan dan mesin.

Baca Juga:SDN 2 Nagarawangi Eksplorasi Kota Tasikmalaya dengan Outing ClassShanon Bramanti, Siswa Tasikmalaya yang Lolos OSN Nasional Biologi

Hal ini membuat karya bordir Kawalu tidak hanya indah, tetapi juga tahan lama.

Perkembangan seni bordir Kawalu tak hanya berdampak pada budaya, tetapi juga ekonomi masyarakat lokal.

Bordir ini telah membuka lapangan kerja dan menciptakan peluang baru bagi generasi muda untuk melestarikan warisan budaya.

Salah satu yang mengambil langkah inovatif dalam bidang ini adalah Muhammad Pandu Rizki Himawan, pemuda asal Tasikmalaya yang pada tahun 2020 mulai mengembangkan bisnis tas dengan motif bordir Kawalu melalui merek Calla Lily.

Bisnis ini muncul di tengah pandemi Covid-19. Pandu, yang hobi mengoleksi berbagai jenis kulit, mendapat ide untuk membuat produk unik yang memiliki nilai ekonomi.

Temannya kemudian mengusulkan untuk memanfaatkan bordir Kawalu, sebuah ciri khas dari Tasikmalaya.

Nama Calla Lily dipilih sebagai merek yang melambangkan perpaduan dua ide yang disatukan, mencerminkan filosofi kolaborasi.

Dalam pengembangan produknya, Pandu tidak ingin hanya berfokus pada kuantitas.

Baca Juga:Promo Spesial Weekdays Informa Living Plaza, Cashback hingga 15 Persen dan Diskon BesarJidas Konveksi, dari Pesantren ke Kancah Nasional melalui Expo Kemandirian Pesantren

Dia memilih untuk memproduksi tas dalam jumlah terbatas, karena ingin menjaga kualitas dan konsep yang matang di setiap produk.

”Kita tidak produksi massal jadi itulah yang membuat kita agak sedikit lama buat bikin satu lalu nyari ide lagi,” ujar Pandu kepada Radartasik.id saat ditemui dalam acara Tepang Juragan di Hotel Santika Tasikmalaya baru-baru ini.

Dia juga mengarahkan produknya untuk kalangan dewasa muda yang menginginkan desain sederhana, minimalis, elegan, namun tetap fungsional.

Tidak hanya itu, Calla Lily juga mulai menyasar pasar anak muda dengan desain yang lebih segar dan modern.

Menariknya, dalam proses produksi, Pandu tetap mempertahankan teknik bordir manual menggunakan kejek, agar keaslian dan warisan bordir Kawalu tidak hilang.

0 Komentar