Inovasi Sapu Jagat, Pemanfaatan Sampah Dapur Bisa Tekan Sampah 16 Ton Per Tahun

Sapu jagat
Petani di wilayah Kecamatan Banjar saat membuat inovasi Sapu Jagat, pemanfaatan sampah dapur menjadi pupuk organik. (Istimewa)
0 Komentar

Saat itu, belum ada nama inovasinya. Namun seiring berjalannya waktu, tahun 2023 tercetus nama Sapu Jagat.

Dia menyebut, inovasi itu muncul karena melihat sampah dapur cukup banyak, baik makanan hingga plastik. Dia pun memanfaatkannya jadi pupuk organik, dari makanan dicampur dengan cucian beras.

“Sapu Jagat merupakan suatu program penyuluh kepada petani dengan memanfaatkan sampah dapur dan fokus lokasinya di lahan sawah tadah hujan,” katanya.

Baca Juga:Citanduy Culinary Night, Spot Kuliner Baru di Kota BanjarMenanti Reaktivasi Jalur Kereta Api Banjar-Pangandaran

Dengan inovasi ini, diharapkan bisa mengurangi produksi sampah dapur yang jumlahnya cukup banyak dibuang ke TPA. Setiap tahunnya sampah yang dibuang sekitar 16 ton.

“Artinya peran petani harus ikut berkontribusi dalam mengurangi produksi sampah dapur menjadi bahan pupuk organik,” jelasnya.

Cara membuat pupuk organik dari bahan sampah dapur yakni pertama menggali tanah di sawah tadah hujan dengan kedalaman sekitar 60 sentimeter.

Setelah itu, bahan dari sampah dapur dipotong kecil, kemudian dicampur air cucian beras menjadi satu. Setelah itu ditutup daun kering. Terakhir ditutup dengan tanah kembali.

Setelah itu, terang dia, dibiarkan selama satu bulan. Nanti akan jadi sebuah pupuk organik. Bisa digunakan ke tanaman padi dan lainnya.

Dengan adanya pupuk organik dari sampah dapur, bisa mematahkan penggunaan pupuk kimia di petani. Meski baru 50 persen, namun bisa menghemat biaya produksi.

Tentu dengan hal itu juga bisa meningkatkan jumlah produksi beras dari sebelumnya. Karena residu penggunaan pestisida (pupuk kimia) bisa ditekan.

Baca Juga:Teror Ketuk Pintu di Kota Banjar Bikin Warga ResahKebutuhan Mobil Pemadam Kebakaran Mendesak

“Sekarang lagi sedang proses pengujian di tanaman padi, agar nantinya bisa jadi beras organik. Kita fokus ke padi dulu untuk saat ini,” pungkasnya.

Kata dia, inovasi Sapu Jagat yang dikembangkan saat ini ada tiga. Pertama mikroorganisme lokal (mol) pengganti E4, kedua media tanam dengan ember tumpuk dan ketiga dijadikan pupuk organik cair (voc). (Anto Sugiarto)

0 Komentar