BANJAR, RADARTASIK.ID – Sepinya pembeli pakaian di Pasar Banjar membuat kondisi perekonomian para pedagang terganggu, terlebih omset mereka turun hingga 80 persen.
Kondisi sepinya transaksi jual-beli antara pembeli dan penjual di Pasar Banjar tentunya tidak boleh dibiarkan begitu saja.
“Pemerintah Kota Banjar wajib segera memberikan intervensi untuk mengatasi masalah tersebut,” ucap pemerhati pemerintahan Sidik Firmadi SIP MSI, Minggu 13 Oktober 2024.
Baca Juga:Teror Lempar Batu Membuat Resah Warga di Kota BanjarSTISIP Bina Putera Banjar Dorong Implementasi Kesetaraan Gender
Karena, jika hal tersebut dibiarkan maka tidak menutup kemungkinan banyak pedagang yang akan gulung tikar. Itu bisa berdampak pada semakin banyaknya jumlah pengangguran di Kota Banjar.
Jika ditelisik lebih dalam, kata dia, tren sepinya pembeli di pasar tradisional yang dialami pedagang disebabkan oleh dua faktor utama.
Faktor pertama adalah banyaknya penjual online, baik melalui media sosial maupun aplikasi penjualan online yang kini semakin banyak menjamur.
“Para penjual online ini, rata-rata mereka juga sebagai produsen, yang langsung memproduksi barang dagangan sendiri,” jelasnya.
Kata dia, mereka menjual langsung dan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk menyewa ruko untuk berjualan, sehingga barang yang mereka jual bisa memiliki harga lebih murah.
Sedangkan para pedagang yang berjualan di pasar, mereka rata-rata bukan produsen. Mereka mengambil atau membeli barang dari produsen atau tangan pertamanya.
Selain itu, mereka juga harus mengeluarkan biaya sewa ruko atau kios di pasar secara otomatis barang yang mereka jual memiliki harga lebih mahal, di bandingkan dengan barang yang dijual secara online.
Baca Juga:Teror Ketuk Pintu di Kota Banjar Bikin Warga ResahKebutuhan Mobil Pemadam Kebakaran Mendesak
“Hal itulah yang kemudian mendorong masyarakat lebih suka berbelanja online dan membuat para pedagang pasar sepi pembeli,” tegasnya.
Faktor kedua adalah lemahnya daya beli masyarakat. Saat ini inflasi semakin terasa. Orang semakin susah mencari pekerjaan, walaupun mereka memiliki pekerjaan sekalipun.
Akan tetapi, uang yang mereka dapatkan tidak memiliki nilai yang cukup untuk berbelanja memenuhi kebutuhan hidup akibat naiknya harga-harga kebutuhan pokok.
“Sehingga masyarakat otomatis akan menunda atau menahan diri untuk membeli barang diluar kebutuhan pokok, contohnya seperti baju,” terangnya.
Menurut Sidik Firmadi, melihat dua faktor di atas, jika Pemkot Banjar serius ingin menyelematkan perekonomian para pedagang di Pasar Banjar maka harus memberikan intervensi berupa subsidi harga sewa kios.