TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Ketua Pengurus Daerah Pelajar Islam Indonesia (PD PII) Tasikmalaya, M Jausan Kamil, menilai bahwa pelajar di era saat ini memiliki tiga karakteristik yang dianggap melenceng jauh dari nilai kaum terdidik. Tiga karakter tersebut adalah apatisme terhadap lingkungan dan sosial, pragmatisme terhadap angka raport, serta seremoni terhadap hal-hal baru.
Jausan menjelaskan bahwa hasil analisa ini didapat dari para pelajar yang tergabung dalam PII. Menurutnya, ada dua faktor utama yang menyebabkan munculnya tiga karakter yang menyimpang ini.
“Permasalahan ini pertama-tama disebabkan oleh sistem pendidikannya sendiri. Hal ini berkaitan dengan bagaimana para stakeholder mampu membina dan merawat pelajar agar tidak disorientasi,” ujarnya kepada Radar, Senin (14/10/2024).
Baca Juga:TPP Pegawai Pemkab Ciamis Sering Telat, Tokoh Pemuda Usul Pemerintah Lakukan Penyesuaian AnggaranIvan Dicksan Sebut Petiga Idaman Pendukung Paling Solid dan Mengakar di Pilkada 2024!
Selain itu, Jausan juga menekankan faktor kedua, yaitu kualitas sumber daya manusia (SDM) pelajar itu sendiri. Ia berpendapat bahwa masalah ini dapat diatasi dengan menyadarkan pelajar serta memberikan ruang-ruang fasilitasi agar mereka dapat melihat potensi diri mereka.
“Dengan melihat potensinya, dari sana muncul peluang untuk memberdayakan mereka sebagai masyarakat pelajar yang sesuai dengan minat dan bakatnya,” jelasnya.
Jausan juga mengungkapkan bahwa PII telah berupaya bekerja sama dengan Kementerian Agama (Kemenag) Kota Tasikmalaya untuk mengatasi masalah ini.
“PII mengajak kerja sama dengan Kemenag Kota Tasikmalaya untuk bersama-sama menyelesaikan permasalahan ini. Kemenag memiliki wewenang dalam sistem pengorganisasian pelajar, sementara PII siap memberikan ruang pembinaan, pemberdayaan, bahkan fasilitasi dalam ranah nonformal sehingga tercipta pembinaan di tingkat akar rumput masyarakat pelajar,” tekadnya.
Namun, Jausan menyesalkan perkembangan hubungan dengan Kemenag yang tidak berjalan sesuai harapan. Pada Jumat, 4 Oktober 2024 lalu, PD PII melakukan silaturahmi dengan Kepala Kemenag Kota Tasikmalaya dan memaparkan ide serta gagasan terkait acara PRA-BATRA. PII juga menyampaikan latar belakang acara hingga silabus pelatihan yang direncanakan.
“Kemenag menyepakati untuk berkontribusi dalam acara yang akan digelar ini. Namun, seiring berjalannya waktu, Kemenag seolah-olah mengkhianati perjanjian tersebut. Kami dari PII sulit berkomunikasi dengan pihak terkait,” katanya dengan nada menyesalkan.
Jausan menilai perilaku Kemenag yang dianggap tidak berintegritas ini sebagai tanda bahwa institusi tersebut lambat dalam menyelesaikan berbagai masalah di ranah pelajar.