“Mentor-mentor kami juga pernah menyampaikan, seperti kata Pak Bode, yang mengatakan bahwa kegalauan salah satu sumbu tumbuhnya karya. Kalau galau jangan dipaksa hilang, dirawat disimpan di hati kecil, bisa jadi sumbu untuk melahirkan karya,” ujarnya.
Lomba baca puisi ini dinilai oleh tiga sastrawan, yaitu Nunu Nazarudin Azhar, Budi Riswandi, dan Edeng Syamsul Ma’arif. Agus berharap kompetisi seperti ini dapat terus menjaga semangat kesusastraan di Tasikmalaya, sekaligus memberikan manfaat bagi pegiat sastra, komunitas seni, dan masyarakat umum. (Ayu Sabrina)