Sayangnya, karier Zola di Italia tidak sepenuhnya berjalan mulus. Gaya permainannya sebagai seorang trequartista—pemain kreatif yang berada di belakang penyerang—kurang mendapat tempat di Serie A, yang saat itu sangat didominasi oleh taktik defensif.
Situasi ini mendorongnya untuk mencari tantangan baru di luar Italia, dan pilihannya jatuh pada Liga Premier Inggris.
Kebangkitan di Chelsea dan Akhir Karier di Sardinia
Zola menemukan kebahagiaan dan kebebasan bermain ketika bergabung dengan Chelsea.
Baca Juga:bank bjb Raih Predikat Bank Terpercaya Dunia, Apa Rahasianya?Ahmad Syaikhu Canangkan Pembangunan Stadion Bertaraf Internasional di Depok untuk Wujudkan Masyarakat Sehat
Dia mengakui bahwa awalnya tidak mudah beradaptasi dengan lingkungan baru di London, tetapi akhirnya dia justru menemukan gaya sepak bola yang sangat menyenangkan.
Di Inggris, sepak bola dimainkan murni demi kesenangan dan apresiasi penonton.
Zola merasa bahwa para penggemar hanya menginginkan setiap pemain memberikan performa terbaik, tanpa terlalu terobsesi dengan hasil akhir.
”Para penggemar hanya menginginkan kami memberikan yang terbaik di setiap pertandingan,” terang Zola.
Sebelum bergabung dengan Chelsea, Zola sempat merasakan momen emosional saat meninggalkan Parma.
Dia bahkan menangis di hadapan Presiden Parma, Calisto Tanzi, karena berat hati berpisah dengan klub tersebut.
Karier Zola berakhir di tempat di mana semuanya dimulai, yaitu di Cagliari. Dia bermain untuk klub tersebut di Serie B antara 2003 dan 2005.
Baca Juga:bank bjb dan bank bjb Syariah Raih Annual Report Award 2023 Berkat Implementasi Tata Kelola yang BaikLorenzo Pellegrini Dikartu Merah, Tedesco Akui Belgia Sangat Terbantu
Meskipun menerima sejumlah tawaran menarik dari klub-klub lain, Zola mengikuti kata hatinya dan memutuskan untuk kembali ke Sardinia, sebuah pilihan yang tidak pernah dia sesali.
Setelah itu, dia sempat menjalani masa singkat di Australia sebelum akhirnya benar-benar pensiun dari dunia sepak bola.
Kekecewaan bersama Tim Nasional Italia
Meskipun sukses di level klub, Zola merasa tidak pernah benar-benar berhasil bersama tim nasional Italia.
Dari 35 kali penampilannya untuk Italia, dia hanya mencetak 10 gol dan memberikan 7 assist.
Keinginan Zola untuk bermain sepak bola sebenarnya terinspirasi dari kemenangan Italia di Piala Dunia 1982.
Namun, salah satu momen paling berat dalam kariernya terjadi ketika dia gagal mengeksekusi penalti dalam ajang EURO 1996.
Kegagalan tersebut meninggalkan luka mendalam baginya. “Seperti ada cahaya di dalam diri saya yang padam,” ungkapnya. Dia mengaku tidak mampu bangkit setelah kejadian itu. (Sandy AW)