Cheka Virgowansyah yang perhatian awal tugasnya menangani sampah, bagaikan sinar cahaya di kegelapan.
Pun dengan rentetan terobosan penanganan mengelola sampah. Seperti memilah sampah organik dan non-organik.
Ada pengolahan sampah organik yang turunannya produksi magot untuk pakan ternak ayam.
Baca Juga:Pahlawan Fiorentina: De Gea Tetap Rendah Hati, Yacine Adli Ungkapkan Cinta untuk MilanCedera Parah Jadi Berkah, Dani Carvajal Langsung Dapat Perpanjangan Kontrak dari Real Madrid
Hadirlah program Paranje yakni ternak ayam sentul (ayam khas Ciamis) yang pakannya berupa maggot.
Selesaikah masalah sampah. Ternyata belum. Tidak dapat disulap sim salabim sebab melibatkan banyak faktor.
Faktor utama adalah edukasi terhadap masyarakat sebagai produsen sampah. Ini tidak mudah.
Harus mengubah mindset dan pembiasaan masyarakat terhadap pengelolaan sampah.
Ada Gap SDM
Cheka bukan superman. Tidak serta merta menjadi hero yang menuntaskan problem sampah di Kota Tasikmalaya.
Tetapi setidaknya Cheka Virgowansyah sebagai penjabat wali kota sudah memberikan picu. Atau pondasi tentang sampah yang harus dikelola.
Buktinya salah seorang putera daerah Kota Tasikmalaya, H Syarif Bastaman S.H, terpincut program Cheka Virgowansyah.
Pengusaha sukses ini datang ke kota kelahirannya. Sengaja bertemu Cheka Virgowansyah secara khusus. Pertemuannya di Bale Kota Tasikmalaya, Jumat, 09 Agustus 2024, malam hari.
Baca Juga:Selebrasi Kontroversial Yerry Mina: Bentuk Solidaritas atau Provokasi untuk Juventus?Hancurkan Alaves dengan Hat-trick, Lewandowski Kembali Menjadi Mesin Gol Menakutkan di BarcelonaÂ
“Saya baru nih nginjak bale kota. Seumur-umur baru sekarang,” ujar Syarif Bastaman saat berjalan menapaki tangga menuju ruangan Pj Wali Kota Tasikmalaya.
Cheka yang beriringan dengannya hanya tersenyum. Dia menyampaikan ungkapan penghormatan atas kunjungan perantau sukses asli Kota Tasikmalaya.
“Saya malu sebagai putra Tasik. Di berbagai daerah, Riau, Bali, NTT, saya diminta bicara penanganan sampah. Tanah kelahiran sendiri masalah sampah belum baik,” ungkap Syarif Bastaman.
Sekitar 6 tahun Syarif Bastaman tidak pulang ke kampung halamannya. Dipicu viralnya masalah negatif di Kota Tasikmalaya, membuatnya datang.
Selain sampah, tata kota seperti pedestrian Cihideung dan HZ Mustofa dengan PKL-nya, jadi informasi menyesakkan dada pria yang akrab disapa Kang Iip.
“Kota Tasik ini harus jadi kota modern. Butuh pemimpin yang memiliki visi dan berani melakukan penataan,” nilai Kang Iip.
“Sekarang ini Kota Tasikmalaya tidak lebih dari pasar besar. Terlalu banyak pedagangnya. Ruang publik di kota tidak optimal. Padahal itu dapat membuat sehat masyarakat,” tandas alumni SMAN Tasikmalaya ini.