“Kalau kita lebih proaktif, jadi tidak kaum disabilitas yang datang ke kantor, tetapi kita yang menawarkan diri untuk melayani mereka. Jemput bola. Para disabilitas itu kan terbatas transportasi juga,” tambahnya.
Namun, Wawan juga mengakui bahwa menyediakan fasilitas publik yang inklusif di ruang terbuka masih menjadi tantangan besar, terutama karena variasi kondisi di jalanan dan keterbatasan anggaran daerah. “Di jalanan kan variasi. Agak susah juga,” pungkasnya. (Ayu Sabrina)