TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Tujuan otonomi daerah belum sepenuhnya tercapai. Meski sudah diterapkan selama 28 tahun, banyak daerah yang belum mandiri secara fiskal dan masih bergantung pada dana transfer dari pemerintah pusat.
Seperti Kota Tasikmalaya, yang dibahas H Romo Yai Utowi, dalam kajian bertajuk “Membangun Kota Tasikmalaya yang Mandiri dan Religius” pada Sabtu malam, 5 Oktober 2024 di Masjid Ulul Albab, Jalan BKR, Kecamatan Tawang, Kota Tasikmalaya.
Tokoh Korps Alumni HMI (Kahmi) Nasional ini, mencatat setidaknya ada tiga pokok hal yang harus dilakukan Kota Tasikmalaya sebagai Kota Santri, agar menjadi mandiri dan religius.
Baca Juga:Ivan Dicksan Sebut Petiga Idaman Pendukung Paling Solid dan Mengakar di Pilkada 2024!Kuota Guru PPPK di Ciamis Hanya 40 Orang
Diantaranya harus berawal dari gagasan dan pemikiran pemimpin daerah atau dalam hal ini, Wali Kota Tasikmalaya.
“Menanamkan serta membangun akidah dan akhlaknya diperkuat, terkhusus bagi pemimpinnya. Serta bagi warganya juga ditanamkan mindset-nya. Seorang pemimpin harus teoritik, punya wawasan yang luas, baik dalam bidang ekonomi maupun politiknya,” terang Romo.
Misi Kota Tasikmalaya dalam kurun waktu 2025-2045 juga harus ditata dengan benar. Segala hal yang kurang pada tahun sebelumnya mesti jadi catatan dan dilakukan perbaikan. Salah satunya juga penanaman mindset perubahan dan religius.
“Kota Tasikmalaya agar mandiri dan religius perlu adanya penyatuan serta dibangun mindset warganya dulu. Seperti Nabi Muhammad SAW, ketika mendakwahkan Islam di Madinah yang di mana yang pertama dibangun itu masjid, untuk menentukan visinya agar satu hati antara pemimpinnya dengan umatnya,” tuturnya.
Ia juga mengatakan, sikap toleransi di Kota Tasikmalaya harus lebih ditampakkan. Melihat itu, sebagai potensi yang besar.
“Dalam praktek peribadatan, yang di mana Tasik ini lengkap dengan berbagai agama dan kepercayaanya masing-masing,” ungkapnya.
Sebagai pemimpin daerah, walikota menurutnya harus sosialis. Yakni mampu bersosialisasi dengan segala elemen masyarakat, terutama Gemeinschaft atau kelompok paguyuban dan Gesellschaft yakni masyarakat asosiasi.
Baca Juga:MAN 1 Tasikmalaya Borong Piala di Kemah Bakti Sebatalyon Kabupaten TasikmalayaTokoh Sentral Ivan- Dede Kumpul di Premiere Residence, Ada Apa?
“Sosiologic atau sosialis. Dimana harus mampu bersosialisasi dengan elemen masyarakat maupun golongan, berharap dari karakter religius Kota Tasik ini, Gesellchaft dan Gemeinschaft, kedua ini perlu disatukan. Karena bisa dilihat Kota Tasik mempunyai Bank Indonesia yang berarti peredaran uang di Kota Tasik sangat tinggi,” papar Romo. (Ayu Sabrina)