Selain membangun karakter, Elin berharap lomba ini dapat memperluas wawasan anak-anak terhadap budaya Sunda, dibandingkan hanya mengenal budaya luar.
“Satu, wawasan berkembang, perilakunya juga lebih baik, lebih sopan, lebih santun. Karena kan kalau di Sunda itu banyak tahapan-tahapannya. Coba tujuh tuh, susahkan? Kalau diajari kepada anak-anak hanya dengan resmi aja duduk, ya duduk. Kalau sambil nyanyi itu kan apa. Intinya diserapnya dengan baik oleh mereka karena sambil main,” paparnya.
Tak hanya anak-anak, lomba kawih ini juga memberikan dampak positif bagi guru dan orangtua. Elin menyebut bahwa semua pihak, mulai dari guru, orangtua, hingga teman-teman anak, turut belajar dan tertarik dengan kesenian tradisional ini.
Baca Juga:Kuota Guru PPPK di Ciamis Hanya 40 OrangMAN 1 Tasikmalaya Borong Piala di Kemah Bakti Sebatalyon Kabupaten Tasikmalaya
“Kita itu multiplying effect. Gurunya juga jadi belajar tentang ini itu. Ibu, bapak, guru dan anak itu sendiri. Kalau bisa temannya juga bisa keajak, tertarik gitu dengan nyanyian ini,” tutupnya.
Lomba kawih ini menjadi langkah awal dalam melestarikan budaya Sunda dan membentuk generasi yang cinta tanah air serta budaya daerah mereka. (Ayu Sabrina)