TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID-Calon Wali Kota Tasikmalaya nomor urut 4, Viman Alfarizi Ramadhan, bercerita soal kekuatan cafe culture yang mendorong kreativitas hingga ide bisnis yang memajukan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kota Santri.
Gagasan itu diungkap Viman dalam diskusi ‘Nara Idea’ pada Selasa (1/10/24) di Narassi Coffee.
Dipandu oleh Budayawan Kota Tasikmalaya, Bode Riswandi, Viman memilih amplop bernomor empat, yang berisi tajuk diskusi bersama pengunjung cafe tersebut.
Baca Juga:Kuota Guru PPPK di Ciamis Hanya 40 OrangMAN 1 Tasikmalaya Borong Piala di Kemah Bakti Sebatalyon Kabupaten Tasikmalaya
Tema yang diangkat yakni, “Cafe Culture dan Kreativitas, Menggunakan Coffee Shop sebagai Pusat Komunitas dan Inovasi”.
“Ada 600 lebih cafe di kota tasikmalaya itu, ekonominya berjalan dashyat. Apakah mampu membangun citra bertemunya gagasan, pikiran, teman-teman yang haus akan pengetahuan?” Tanya Bode.
Viman menyebut, kopi dan politik erat kaitannya. Dari cafe menurutnya bisa berpotensi meningkatkan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Tasikmalaya.
Calon Wali Kota termuda itu juga mengatakan dari kafe juga bisa menggali city branding atau citra Kota Tasikmalaya.
“Kota Tasikmalaya butuh city branding. Kita butuh tasik ini dikenal. Ditambah kita harus bisa, ngundang banyak orang-orang ke Tasik,” kata Viman.
Pembentukan city branding, kata Viman merupakan hal utama yang harus dilakukan pemerintah daerah.
Nantinya pun, ia bertekad menjadi seorang marketing. Dalam hal ini, mempromosikan Kota Tasikmalaya di kancah nasional maupun dunia.
Baca Juga:Tokoh Sentral Ivan- Dede Kumpul di Premiere Residence, Ada Apa?Pengusaha Telepon Seluler dan Gerakan Politik di Pilkada Kota Tasikmalaya 2024!
“Nanti dilakukan. Kepala daerah harus jadi marketing, nanti kalau saya jadi dan jalan-jalan sebagai marketing tapi tidak punya marketing kit, ya susah,” ucapnya.
Namun menurutnya, Kota Tasikmalaya perlu mengkaji ulang ihwal city branding dan potensi di berbagai bidang.
“Berbicara identitas itu memang kita buat atau dari yang usefit atau yang sudah ada di sana. Kota lihat di Palembang. Giftkit, seperti Danau Toba itu kan jadi city branding. Kemudian Bromo dan Semeru,” tuturnya.
“Kita harus menganalisa, kita tidak bisa bicara sekarang city brandingnya apa? Apakah sebatas payung geulis, kelom geulis, harus menganalisa apa yang dimiliki Kota Tasik. Apakah akan dimulai dengan yang secara nature, atau mengcreate. Ada dua terbagi berdasarkan fungsi dan estetik,” jelas Viman.