Ini Desa-Kelurahan di Kota Banjar dengan Angka Stunting Paling Sedikit dan Paling Banyak

Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kota Banjar Budi Hendrawan
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kota Banjar Budi Hendrawan saat diwawancarai Selasa 1 Oktober 2024. (Anto Sugiarto/Radartasik.id)
0 Komentar

BANJAR, RADARTASIK.ID – Pemerintah Kota (Pemkot) Banjar terus berupaya keras menurunkan angka stunting yang saat ini berada di angka 23,6 persen, berdasarkan hasil survei Kementerian Kesehatan (SSGI) tahun 2023.

Stunting menjadi perhatian serius Pemkot Banjar karena dampaknya yang meluas pada perkembangan anak.

Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kota Banjar, Budi Hendrawan, menekankan bahwa masalah stunting tidak bisa diselesaikan oleh satu sektor saja, melainkan membutuhkan kerja sama lintas sektor.

Baca Juga:MAN 1 Tasikmalaya Borong Piala di Kemah Bakti Sebatalyon Kabupaten TasikmalayaTokoh Sentral Ivan- Dede Kumpul di Premiere Residence, Ada Apa?

“Sehingga penanganan pun kita harus melibatkan dari berbagai sektor, makanya kita melaksanakan kolaborasi dan konvergensi,” ujarnya, Selasa (1/10/2024).

Dengan adanya kolaborasi ini, diharapkan semua sektor dapat turut serta dalam upaya menurunkan angka stunting. Berdasarkan survei 2022, angka stunting di Kota Banjar tercatat sebesar 19,3 persen, sementara survei 2023 menunjukkan peningkatan menjadi 23,6 persen.

“Tentunya ada peningkatan 4,3 persen dari tahun sebelumnya, dan ini menjadi tantangan berat bagi kami di tahun 2024. Yang ditargetkan oleh nasional maupun provinsi di angka 14 persen,” jelas Budi.

Ironisnya, laporan rutin bulanan dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Banjar per Agustus 2024 menunjukkan angka stunting sekitar 704 kasus atau 5,29 persen.

Angka stunting ini tersebar di hampir semua desa dan kelurahan di Kota Banjar, tanpa ada satu pun yang bebas dari stunting.

“Angka stunting yang paling sedikit ada di Desa Cibeureum dan Kelurahan Situbatu, yakni ada 6 kasus,” tambahnya. Sebaliknya, wilayah dengan angka stunting tertinggi adalah Kelurahan Hegarsari dengan 63 kasus, diikuti oleh Kelurahan Pataruman dengan 47 kasus.

“Itu hasil dari laporan rutin sampai bulan Agustus 2024 kemarin. Kalau bulan September belum masuk, karena masih dalam proses,” katanya.

Baca Juga:Pengusaha Telepon Seluler dan Gerakan Politik di Pilkada Kota Tasikmalaya 2024!Aslim dan Budi Ahdiat Jadi Ketua DPRD Kota dan Kabupaten Tasikmalaya!

Budi juga menjelaskan bahwa stunting bukanlah penyakit, melainkan dampak dari berbagai masalah, seperti ekonomi, lingkungan, dan faktor lainnya.

Oleh karena itu, penanganannya harus dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu intervensi spesifik dan intervensi sensitif. Penanganan dilakukan langsung kepada orang yang sudah terjangkit untuk penyembuhan.

“Sebenarnya stunting itu banyak faktor, salah satunya misal asupan gizi yang kurang, minimnya air bersih, tidak adanya jamban sehat, dan lainnya,” pungkas Budi. Pemkot Banjar berharap dengan berbagai upaya tersebut, angka stunting bisa ditekan sesuai dengan target nasional dan provinsi. (Anto Sugiarto)

0 Komentar