Hal tersebut disebabkan minimnya dokumen tertulis yang bisa dijadikan referensi, sehingga lebih banyak mengandalkan cerita lisan masyarakat.
Selain mendalami sisi historis dan biografis Hj Umayah, Yusran juga menyoroti ironi yang terjadi di Kawalu.
Menurutnya, meski banyak orang luar yang tertarik meneliti tentang bordir Kawalu, sosok Hj Umayah kerap kali luput dari perhatian, bahkan hingga makamnya yang tak terawat.
Baca Juga:Rezeki Tak Terduga! Pedagang Jamu di Purwakarta Dapat Kejutan dari Ahmad SyaikhuIngin Cetak Generasi Siap Kerja, Pasangan ASIH Siapkan Sekolah Vokasi di Jawa Barat
Hal inilah yang memicu Yusran untuk lebih giat menyuarakan pentingnya pengakuan yang layak terhadap peran Hj Umayah sebagai pionir bordir di Tasikmalaya.
Dalam kesempatan yang sama, tokoh muda Kawalu sekaligus mantan anggota DPRD Kota Tasikmalaya periode 2020-2024, Ridlwan Nurfaozah, menyambut baik kehadiran buku tersebut.
Ridlwan mengungkapkan bahwa pembicaraan mengenai potensi Kawalu telah dilakukan sejak 2021. Dia menyoroti bahwa bordir telah menjadi sektor ekonomi penting bagi masyarakat Kawalu, mulai dari industri rumahan hingga konveksi skala besar.
Namun, Ridlwan menekankan bahwa masih banyak masyarakat yang belum memahami nilai sejarah dan budaya yang terkandung dalam bordir Kawalu.
Dia dan Yusran pun sepakat untuk mengangkat kembali kearifan lokal Kawalu dengan mendirikan sebuah monumen literasi.
Monumen ini diharapkan dapat menjadi pengingat akan jasa Hj Umayah dan perjalanan panjang industri bordir di daerah tersebut.
Ridlwan juga menyampaikan harapan agar buku ini tidak hanya berhenti pada peluncuran saja, tetapi juga mampu mendorong masyarakat, khususnya para pelaku industri bordir, untuk lebih memahami dan mengapresiasi sejarah bordir di Kawalu.
Baca Juga:Sensasi Liburan Unik, Jelajahi Desa Eksotik di Kawasan Borobudur dengan Mobil RetroEmpat Pembalap Muda Indonesia Siap Guncang GP Mandalika 2024!
”Jangan sampai semua pelaku bordir di Kawalu, umumnya di Kota Tasikmalaya, tidak tahu tentang apa yang telah dilakukan Kang Haji Yusran ini,” ungkapnya penuh harap.
Dengan peluncuran buku Potret Kecil Hj Umayah dan Perkembangan Bordir Tasikmalaya, Yusran Arifin dan Ridlwan Nurfaozah ingin mengajak masyarakat untuk lebih mengenal dan menghargai jasa para pendahulu yang telah meletakkan dasar-dasar industri kreatif di Tasikmalaya.
Buku ini bukan hanya menjadi catatan sejarah, tetapi juga simbol dedikasi dan upaya melestarikan identitas budaya Kawalu di tengah arus modernisasi. (Fitriah Widayanti)