TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Desa Pakalongan, yang terletak di Kecamatan Sodonghilir, Kabupaten Tasikmalaya, telah mencatatkan prestasi yang membanggakan dalam hal ketahanan pangan.
Melalui program yang dirancang untuk memberdayakan masyarakat, desa ini berhasil mengekspor ubi jepang ke berbagai negara seperti Taiwan, Hongkong, Malaysia, dan Thailand.
Pencapaian ini menjadi bukti konkret bagaimana sinergi antara pemerintah desa, masyarakat, dan pondok pesantren dapat menghasilkan dampak positif terhadap perekonomian lokal.
Baca Juga:Pilih Nomor 2, Cecep-Asep Yakin Bawa Kabupaten Tasikmalaya Lebih Maju dan SejahteraKPU Kabupaten Tasikmalaya Terima 5.772 Kotak Suara untuk Pilkada 2024
Program ketahanan pangan ini melibatkan berbagai pihak, termasuk para santri dari Pondok Pesantren Miftahul Ulum Gunungbubut, dalam kegiatan menanam dan membudidayakan ubi Jepang.
Program ini tidak hanya meningkatkan kemampuan masyarakat dalam bidang pertanian, tetapi juga memberikan pelatihan kewirausahaan dan ekonomi kreatif.
Pelatihan tersebut diadakan oleh Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya dan Desa Pakalongan, bekerja sama dengan Yayasan Rumah Santri.
Nunung Suryana, Kepala Desa Pakalongan, menjelaskan bahwa pelatihan kewirausahaan ini dirancang agar para santri memiliki keterampilan dalam mengembangkan usaha mandiri.
Santri dilatih untuk memanfaatkan potensi ekonomi yang ada di desa, termasuk dalam bidang peternakan, perikanan, dan pertanian.
Salah satu contoh sukses dari program ini adalah pengembangan budi daya ubi jepang yang kini berhasil menembus pasar ekspor.
”(Ubi jepang, red) dipasarkan melalui eksportir dari Cianjur dan Bogor untuk selanjutnya diekspor ke keluar negeri seperti ke negara Taiwan, Hongkong, Thailand dan Malaysia,” ungkap nunung kepada Radartasik.id.
Baca Juga:DPRD Kabupaten Tasikmalaya Berharap Pjs Bupati Mampu Jaga Kondusivitas DaerahPKB Gaspol! Siapkan Strategi Menangkan Pasangan Ade-Iip di Pilkada Kabupaten Tasikmalaya
Menurut Nunung, ubi jepang yang dihasilkan dari program ini digunakan sebagai pengganti nasi, khususnya di rumah sakit di negara-negara yang menjadi tujuan ekspor.
Dengan memberdayakan masyarakat dan santri, desa ini mampu menghasilkan hingga 1,5 ton ubi jepang setiap tiga bulan dari sekitar 10 ribu bibit yang ditanam.
Hasil dari ekspor ubi ini menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat dan santri yang terlibat langsung dalam proses penanaman dan budi daya.
Selain manfaat ekonomis, program ini juga dirancang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Nunung menekankan bahwa seluruh keuntungan dari penjualan ubi jepang diperuntukkan bagi masyarakat dan santri yang telah berkontribusi dalam program ini.