PANGANDARAN, RADARTASIK.ID – Kekeringan panjang yang melanda Kabupaten Pangandaran membuat sejumlah petani di wilayah tersebut mengalami kerugian besar akibat gagal panen.
Kondisi ini memaksa beberapa petani di Pangandaran untuk memangkas tanaman padinya dan menjadikannya pakan ternak. Langkah tersebut menjadi satu-satunya solusi agar tanaman yang gagal tetap memiliki nilai guna.
Salah satu petani di Desa Parigi, Kecamatan Parigi, Sudin (45), mengungkapkan bahwa dia harus memotong tanaman padinya yang tidak tumbuh optimal untuk dijadikan pakan sapi. ”Itu juga yang masih warna hijau (padinya, red), kalau yang sudah kuning jarang dimakan oleh sapi,” katanya kepada Radartasik.id, Jumat, 27 September 2024.
Baca Juga:Proses Adopsi Bayi yang Dibuang Ibunya di Pangandaran Mulai Disiapkan, Siapa yang Berhak?Rusa di Pantai Pangandaran Jadi Suka Makanan Gurih, BKSDA Ingatkan Para Wisatawan
Sudin mengaku kecewa dengan situasi yang terjadi, terutama karena kemarau panjang menyebabkan sebagian besar tanaman padinya tidak berbuah.
Beberapa batang padi bahkan menguning dan mati sebelum berkembang sempurna, sementara sebagian lainnya berbuah kecil dan tidak berisi, yang dalam istilah lokal dikenal dengan sebutan ”gabug”. Hal ini membuat upaya penanaman yang dia lakukan menjadi sia-sia.
Sudin menjelaskan bahwa untuk musim tanam kali ini, dia menghabiskan biaya sekitar Rp 3 juta.
Anggaran tersebut digunakan untuk membeli pupuk bersubsidi dan membayar buruh yang membantu proses tandur (penanaman padi).
Meski demikian, dia tidak perlu membeli benih baru karena menggunakan hasil semai dari panen padi sebelumnya.
Tidak hanya Sudin, petani lain di wilayah tersebut, seperti Taryadi, juga mengalami nasib serupa.
Meskipun sebagian tanaman padinya berhasil tumbuh, hasil panennya jauh dari harapan.
Baca Juga:Angka Kecelakaan Lalu Lintas di Pangandaran Tinggi, Waspada di Dua Jalur Rawan IniTega! Seorang Ibu di Pangandaran Buang Bayi ke Keranjang Anyaman, Tak Ingin Diketahui Suami
Taryadi menyebutkan bahwa tahun ini dia hanya memperoleh 9 karung padi, yang merupakan hasil terburuk dalam dua tahun terakhir.
Taryadi menegaskan bahwa tahun ini merupakan tahun paling sulit bagi petani di desanya.
Meskipun beberapa tanaman padi bisa dipanen, jumlahnya sangat sedikit dibandingkan dengan hasil yang biasanya mereka peroleh.
Kondisi ini tidak hanya berdampak pada kesejahteraan petani, tetapi juga mengganggu pasokan padi lokal di Kabupaten Pangandaran.
Kondisi cuaca yang tidak menentu dan kurangnya ketersediaan air menjadi faktor utama yang memicu kegagalan panen di wilayah tersebut.