Mengenang ‘September Hitam’: Deretan Peristiwa Tragis yang Menorehkan Luka dalam Sejarah Bangsa Indonesia

september hitam
Mahasiswa mementaskan parade puisi perlawanan dalam refleksi September Hitam di Lapangan Unsil Tasikmalaya, pada 24 September 2024, Selasa malam. (IST)
0 Komentar

Konflik ini meletus dan menyebabkan kerusakan besar di wilayah tersebut, menciptakan luka mendalam yang dirasakan hingga kini.

Berbagai peristiwa ini menjadikan September sebagai bulan penuh duka dan menjadi refleksi bagi bangsa Indonesia untuk tidak melupakan sejarah kelam yang pernah terjadi.

Di berbagai daerah, peringatan terhadap tragedi-tragedi ini terus dilakukan oleh berbagai elemen masyarakat, terutama aktivis dan mahasiswa.

Baca Juga:Dear…Pj Wali Kota Tasikmalaya, Kemana Program Layar Kusumah? Publik Masih Butuh!Lembaga Survei Berperan Edukasi, Bukan Menggiring Industri Politik di Kota Tasikmalaya!

Tidak terkecuali BEM Universitas Siliwangi (Unsil) Tasikmalaya. Mereka menggelar mimbar bebas di lapangan utama Unsil pada Selasa (24/9/2024) malam.

Melalui penampilan puisi-puisi perlawanan, mereka berharap refleksi ini dapat menjadi momentum untuk memperkuat demokrasi dan mencegah terulangnya pelanggaran hak asasi manusia di masa depan.

“Refleksi ‘September Hitam’ ini dalam rangka merawat ingatan tentang tindakan pelanggaran HAM. Di bulan ini, kita kembali mengingat bahwa keadilan sepertinya adalah konsep mewah yang hanya ada di buku pelajaran,” ungkap Ketua BEM Unsil Tasikmalaya, Ahmad Riza Hidayat, kepada Radartasik.id, Rabu 25 September 2024.

Selain itu, pemerintah juga didorong untuk lebih terbuka dalam mengakui sejarah tersebut, sebagai bagian dari upaya penyembuhan kolektif dan pendidikan generasi muda.

“Dengan mengingat sejarah, diharapkan masyarakat dapat belajar dari kesalahan masa lalu dan bersama-sama membangun masa depan yang lebih baik,” katanya.

Menurut dia, Hak Asasi Manusia hanya menjadi mimpi yang tersimpan di dinding-dinding kantor megah pemerintah. Di balik dinding itu, para pelanggar HAM masih bisa tersenyum manis di atas panggung-panggung politik, duduk di kursi megah, seolah tidak terjadi pelanggaran dan tidak diadili sama sekali.

“Masyarakat terus dibombardir dengan janji-janji manis, sementara korban dan keluarga terus berharap bahwa keadilan bukan sekadar kata tanpa makna. Hanya kata ‘hilang ingatan’ dan ‘kejahatan’ yang pantas kita lontarkan kepada pelaku dan pemberi janji manis atas pelanggaran HAM di Indonesia,” kecamnya.

Baca Juga:Pengungkapan TPPU Narkoba Rp 2,1 Triliun: Bandar Kendalikan Jaringan dari Balik Jeruji, Polri Sita Aset MewahJurnalis Radar Tasikmalaya Beri Pelatihan Jurnalistik Tingkat Dasar pada Kegiatan Pers Mahasiswa Unsil

Sejarah kelam ini masih menyisakan luka mendalam, serta menimbulkan berbagai interpretasi dan kontroversi hingga saat ini. Para aktivis mahasiswa terus mendorong pengakuan dan rekonsiliasi serta menuntut pengungkapan kebenaran dan keadilan bagi para korban.

0 Komentar