PANGANDARAN, RADARTASIK.ID – Kabar mengenai teror ketuk pintu dan aksi pembacokan yang beredar di Kecamatan Cimerak, Kabupaten Pangandaran, telah dibantah oleh pihak kepolisian.
Isu ini muncul dalam pesan berantai di media sosial, yang menyebabkan keresahan di kalangan warga setempat.
Kapolsek Cimerak, Iptu Ridwan, menjelaskan bahwa informasi mengenai teror tersebut tidak akurat dan hanya merupakan hoaks.
Baca Juga:Pilkada Kabupaten Pangandaran 2024: Nomor Urut Ditetapkan, Siapa yang Akan Memimpin?Kelesuan Usaha, Nasib Pengrajin Kerang Laut di Kabupaten Pangandaran Makin Suram di Era Souvenir Rumahan
”Babinsa sudah disebar, tapi tidak menemukan informasi tersebut,” katanya kepada Radartasik.id saat dihubungi via sambungan telepon, Selasa, 24 September 2024.
Ridwan juga menegaskan bahwa tidak ada laporan yang masuk dari warga mengenai aksi ketuk pintu atau pembacokan.
Dia mengimbau masyarakat Cimerak untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak jelas asal-usulnya, terutama yang beredar melalui media sosial.
Menurut dia, berita yang tidak dapat dipertanggungjawabkan hanya akan menambah kecemasan.
Kapolres Pangandaran, AKBP Mujianto, turut menanggapi isu ini dengan menyampaikan bahwa Kasi Humas, Aipda Yusdiana, telah merilis pernyataan resmi terkait hal tersebut.
Dia mengonfirmasi bahwa hingga saat ini, tidak ada laporan atau aduan dari masyarakat mengenai kejadian yang dimaksud.
Mujianto mengingatkan masyarakat untuk tidak menyebarkan berita yang belum terverifikasi kebenarannya dan untuk menjadi pengawas di lingkungan masing-masing.
Baca Juga:Pangandaran Akan Dipimpin Penjabat Sementara Bupati, Jeje dan Ujang Cuti untuk Pilkada Serentak 2024Cegah Penyakit Rabies, Pangandaran Siapkan Vaksinasi untuk Anjing dan Kucing di Dua Kecamatan
Dia meyakinkan bahwa kondisi Kabupaten Pangandaran masih aman dan terkendali, menegaskan bahwa situasi di daerah tersebut tetap nyaman untuk ditinggali.
Salah seorang warga Pangandaran, Hikmat, menyatakan bahwa dia sempat mendengar isu tersebut tetapi tidak memiliki bukti yang dapat membuktikan kebenarannya.
Dia mengungkapkan bahwa saat memancing, ada orang yang membicarakan isu ini, tetapi informasi yang diterima menyebutkan pelakunya adalah orang dengan gangguan mental, tanpa kejelasan lebih lanjut. (Deni Nurdiansah)