Oleh: H Dindin At-tasiki
(Direktur Peduli Bakti Pesantren Jabar)
INFORMASI hasil survei salah satu kandidat di Pilkada Kota Tasikmalaya 2024 yang dirilis lembaga survei telah menimbulkan perdebatan dan diskusi menarik, tentang sejauhmana kesahihan hasil survei tersebut. Karena sebagian kalangan menganggap tendensius dan tidak objektif.
Sebaiknya lembaga survei yang melakukan penelitian soal pilkada di Kota Tasikmalaya harus menjaga objektivitas, jangan sampai data hasil penelitian yang dirilis itu berdasarkan keberpihakan terhadap calon tertentu sehingga menggiring opini publik, hal ini mencederai proses komitmen membangun demokrasi sehat.
Seharusnya masyarakat bisa didorong untuk memahami peran lembaga survei sebagai partisipasi politik dengan memberikan informasi faktual dari para calon pemimpin yang ikut Kontestasi Pilkada Kota Tasikmalaya.
Baca Juga:Pengungkapan TPPU Narkoba Rp 2,1 Triliun: Bandar Kendalikan Jaringan dari Balik Jeruji, Polri Sita Aset MewahJurnalis Radar Tasikmalaya Beri Pelatihan Jurnalistik Tingkat Dasar pada Kegiatan Pers Mahasiswa Unsil
Bahkan saat ini masih berkembang stigma di tengah masyarakat terkait lembaga survei yang seringkali bergerak menjadi industri politik, padahal posisi ideal lembaga survei politik di tuntut independen dan non partisan.
Saya sependapat dengan telaah kritis dari Mas Kunto Adi, Kepala Pusat Studi Komunikasi, Media, dan Budaya Universitas Padjadjaran (Unpad), yang mengungkapkan sejumlah permasalahan yang muncul dalam hasil survei di Indonesia bahwa perbedaan hasil survei bukan hanya terkait dengan metodologi, tetapi juga transparansi, dan pendanaan yang kurang terbuka.
Perbedaan hasil survei merupakan sesuatu yang wajar, bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga terjadi di Amerika Serikat yang memiliki 60 lembaga survei. Namun, yang menjadi perhatian utama adalah kurangnya transparansi dalam beberapa aspek metodologi. Salah satunya adalah pengambilan sampel yang sering dilaporkan sebagai multistage random sampling tanpa rincian yang jelas.
Kalau dua survei berjalan dengan metode sampling yang sama, tetapi urutan pertanyaannya berbeda, tentu hasilnya akan berbeda. kadang-kadang lembaga survei merilis hanya beberapa pertanyaan yang mereka seleksi, tetapi nggak secara transparan membuka semua daftar pertanyaannya.
Pilkada serentak Kota Tasikmalaya sudah mulai masuk pada tahapan kampanye, diharapkan kepada lembaga survei untuk menyampaikan rilis hasil penelitian menunjukkan validitas data yang ditampilkan secara jujur, objektif dan disampaikan secara utuh transparan. (*)