PANGANDARAN, RADARTASIK.ID – Para pengrajin kerang laut di Kabupaten Pangandaran tengah mengalami kelesuan dalam usaha mereka.
Persaingan dengan penjual souvenir lain menjadi salah satu faktor utama yang membuat mereka kesulitan mempertahankan bisnis.
Banyak penjual souvenir di daerah tersebut yang kini lebih memilih untuk memproduksi barang-barang sendiri daripada memesan dari pengrajin kerang setempat.
Baca Juga:Pangandaran Akan Dipimpin Penjabat Sementara Bupati, Jeje dan Ujang Cuti untuk Pilkada Serentak 2024Cegah Penyakit Rabies, Pangandaran Siapkan Vaksinasi untuk Anjing dan Kucing di Dua Kecamatan
Salah satu pengrajin kerang laut, Ardi, mengungkapkan bahwa permintaan terhadap kerajinan kerang laut dari para penjual souvenir tidak lagi sebesar sebelumnya.
Menurut dia, fenomena ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah produsen rumahan atau home-made yang mulai menguasai pasar.
Akibatnya, rumah produksi kerang berskala besar hampir tidak bisa bertahan dalam kondisi persaingan yang semakin ketat.
Saat ini, Ardi lebih fokus memproduksi satu jenis kerajinan yang masih memiliki permintaan tinggi, yaitu cermin kerang laut.
Dia menyatakan bahwa setiap hari dia bisa melayani antara tiga hingga lima pembeli yang memesan cermin kerang dengan berbagai ukuran, bahkan tidak sedikit yang meminta ukuran besar.
Harga yang ditawarkan untuk cermin kerang ini bervariasi, mulai dari Rp 20 ribu hingga Rp 150 ribu, tergantung pada ukurannya.
”Kalau di tahun 2000-an atau 90-an ke bawah, kerajinan kerang sangat berjaya,” ujarnya kepada Radartasik.id, Senin, 23 September 2024.
Baca Juga:Hak Pengelolaan Lahan di Kabupaten Pangandaran Harus Berdampak Ekonomis bagi MasyarakatMolor! DPRD Kabupaten Pangandaran Masih Tunda Pembentukan Alat Kelengkapan Dewan
Namun, saat ini dia masih merasakan fluktuasi permintaan yang tidak menentu.
Selain memproduksi kerajinan, dia juga menjual cangkang kerang mentah, seperti jenis mata lembu, ogong, dan kerang campur.
Meskipun demikian, permintaan untuk cangkang kerang ini pun tidak terjadi setiap hari dan harganya hanya sekitar Rp 7 ribu per kilogram.
Meski menghadapi berbagai tantangan, Ardi berkomitmen untuk terus menjalankan usaha kerajinan kerang yang telah diwariskan secara turun-temurun sejak zaman kakeknya.
Dia berharap bisa mempertahankan dan mengembangkan kerajinan ini agar tetap menjadi bagian dari budaya dan ekonomi Pangandaran. (Deni Nurdiansah)