Menurut Khotib, PR besar buat Ivan-Dede adalah menghadapi Viman yang berhasil menarik Diky Candra sebagai wakilnya.
Kenapa? Karena baik secara popularitas maupun elektabilitas personalnya, Diky sudah mengungguli jauh para calon wakil wali kota lainnya.
“Ya, Viman memang relatif tertolong oleh Diky Candra sebagai wakilnya yang sudah punya bekal elektabilitas personal 53,6%. Sehingga, Diky berhasil mendongkrak Viman cukup signifikan, dari awalnya di bawah Ivan sekarang ke posisi nomor satu di atas Ivan,” katanya.
Baca Juga:Yusro VS Idaman Berebut Restu H Syarif Hidayat, Keduanya Mengaku Punya Hubungan Emosional!Istri H Amir Mahpud Turun Gunung, Bentuk Relawan Perempuan Prima Berkah, Fokus Bantu Program Stunting!
Meskipun, sambung Khotib, duet Viman-Diky harus tetap waspada karena ada dua isu penting berdasarkan temuan data survei.
Pertama, masih ada lahan tak bertuan sekitar 48,6% (soft supporter).
Yaitu, pemilih yang berkategori cair, antara yang sudah memilih tapi bisa berubah dengan yang belum punya pilihan sama sekali.
Isu berikutnya, Khotib menambahkan, adalah persepsi negatif yang potensial muncul dan dialamatkan kepada Diky Candra.
Yaitu, tentang kasus mundurnya Diky saat menjadi wakil bupati di Kabupaten Garut.
“Kasus ini sangat mungkin men-downgrade pasangan Viman-Diky karena dengan pernah mundurnya Diky di Garut bisa dipersepsi sebagai pemimpin yang tak bertanggung jawab. Atau bisa juga dianggap sebagai pemimpin cengeng yang mengorbankan kepentingan rakyat,” ungkapnya.
Ditanya tentang peluang dua kandidat lainnya, Nurhayati dan Yanto Oce, Khotib menjelaskan peluang selalu ada tetapi kecil.
Apalagi, Yanto Oce yang elektabilitasnya masih 5%-an. Dari data survei LSI Denny JA, Yanto masih punya problem pengenalan dan kesukaan. (rilis/k31)