TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Dulu, bahasa isyarat sering dianggap hanya untuk warga tuna rungu. Namun kini, semakin banyak orang yang merasa perlu mempelajarinya. Mereka percaya, bahasa isyarat adalah jembatan untuk komunikasi yang lebih inklusif.
Annisa Zuyyina, Ketua Metamorfosa Indonesia Tasikmalaya, memiliki impian besar untuk mewujudkan Tasikmalaya sebagai kota inklusif.
“Aku harap Tasik itu bisa lebih aksesibel untuk teman-teman disabilitas, bukan cuma teman-teman disabilitas, tapi juga inklusif untuk semua kalangan rentan, seperti perempuan atau kelompok lainnya,” jelas Annisa.
Baca Juga:DPUPRP Ciamis Disorot: Kelebihan Bayar Rp1,76 Miliar Tahun 2024 Harus Jadi Peringatan untuk PerbaikanHanifan Juara 1 Lomba Busana Kebaya Sinjang Tasik Batikan PASI!
Perjuangan Metamorfosa untuk memasyarakatkan bahasa isyarat di Tasikmalaya dimulai empat tahun lalu. “Intinya, aku ingin membawa perubahan yang lebih baik di kota Tasik,” ungkapnya.
Komunitas ini didirikan pada 21 November 2021, lahir dari inisiatif Annisa setelah ia kembali ke Tasikmalaya pada tahun 2020.
Pertemuan pertama Annisa dengan seorang teman tuli di Gobras saat pandemi membuka pintu bagi Metamorfosa. “Itu pertama kalinya aku mengenal Bisindo,” ujarnya.
Dengan hanya dua orang peserta, kelas bahasa isyarat gratis pertama diadakan pada tahun 2021. Kini, kelas tersebut telah berkembang dan diikuti oleh semakin banyak orang.
Lewat berbagai kegiatan, termasuk talkshow di media, Metamorfosa yang awalnya hanya kelas akhirnya berkembang menjadi sebuah komunitas. “Aku ingin menggaungkan bahwa kesetaraan itu ada di kota Tasik,” katanya.
Selain memberikan kelas bahasa isyarat gratis, komunitas ini juga aktif mengedukasi masyarakat umum untuk mengenal dan memahami bahasa isyarat.
Hingga kini, Metamorfosa Indonesia Tasikmalaya telah mengumpulkan 50 partisipan dalam mengajar dan belajar bahasa isyarat. Mereka juga melibatkan para volunteer dalam program pengembangan diri, seperti pendampingan tunanetra dan keterampilan sosial lainnya.
Baca Juga:PD Persis Kota Tasikmalaya Gelar Musda ke-5: Kokohkan Kolaborasi dan Sinergi untuk Jihad Jami'yyah BerkelanjutKilas Balik Bandara Wiriadinata Tasikmalaya: Tiga Kali Dibuka, Tiga Kali Pula Gagal
Dengan semangat kolaborasi, Metamorfosa terus berusaha mewujudkan daerah yang ramah disabilitas. Bahkan, mereka juga turut serta dalam distribusi Al-Quran Braille bagi tunanetra, berkomitmen untuk mewujudkan kesetaraan bagi semua.
Metamorfosa Indonesia Tasikmalaya, dengan tekad dan cinta, berusaha menjadikan kota ini tempat yang lebih baik bagi semua orang, tanpa memandang latar belakang atau keterbatasan mereka. (Ayu Sabrina)