TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Di Kampung Babakan, Kelurahan Tamanjaya, Kecamatan Tamansari, Ida Wadani (39) sudah enam tahun terpaksa “nyolok” listrik dari rumah panggung milik neneknya, Jenab.
Kondisi ini mencerminkan realitas hidup Ida yang jauh dari kata layak meskipun ia tinggal dekat dengan pusat pemerintahan. Padahal rumahnya tidak jauh dari kantor Kecamatan Tamansari.
Rumah Ida yang berdinding bilik bambu memiliki dua kamar. Satu untuk dirinya dan satu lagi untuk anak-anaknya. Meski tidak dibangun di atas tiang pancang seperti rumah neneknya, rumah Ida juga sudah rapuh.
Baca Juga:DPUPRP Ciamis Disorot: Kelebihan Bayar Rp1,76 Miliar Tahun 2024 Harus Jadi Peringatan untuk PerbaikanHanifan Juara 1 Lomba Busana Kebaya Sinjang Tasik Batikan PASI!
“Wah, atos we pami aya gempa ieu mah. Tuh ieu ge atos rapuh (wah, sudah lah pokoknya kalau ada gempa. Liat saja sudah rapuh, red),” ujarnya, sambil memperagakan bagaimana ia dan anak-anaknya harus tergesa keluar rumah saat gempa mulai terasa.
Rumah Ida yang terletak tepat di belakang rumah panggung milik Jenab menggambarkan kondisi hidup yang sulit bagi kedua perempuan ini.
Jenab sendiri adalah seorang lansia yang hidup tanpa biaya hidup yang pasti. Ida dan Jenab harus mengurus banyak anak, sehingga biaya hidup mereka menjadi sangat terbatas.
Selama enam tahun terakhir, Ida harus menyambung listrik dari kWh listrik rumah panggung neneknya, yang merupakan hasil bantuan beberapa tahun lalu.
Sebelumnya, mereka bahkan harus menyalur listrik dari sebuah rumah yang berjarak 200 meter.
“Sabulan Rp 100.000 dulu mah jauh nyolok di rumah depan rumah RW ada ngeroll (kabel) 200 meter kayaknya,” ungkap Ida.
Saat ini, ia hanya perlu membayar Rp 20.000 per bulan untuk token listrik di rumah neneknya. Namun, untuk memasang meteran listrik sendiri, Ida mengaku tidak sanggup.
Baca Juga:PD Persis Kota Tasikmalaya Gelar Musda ke-5: Kokohkan Kolaborasi dan Sinergi untuk Jihad Jami'yyah BerkelanjutKilas Balik Bandara Wiriadinata Tasikmalaya: Tiga Kali Dibuka, Tiga Kali Pula Gagal
“Faktor ekonomi, soalnya sekarang pekerjaan tidak sampai bisa memasang kWh listrik. Buat makan saja kekurangan. Kan kalau harus beli itu (kWh listrik, red) sejuta lima ratus bahkan lebih ya katanya,” tuturnya.
Meskipun jarak rumah Ida ke Kantor Kecamatan Tamansari hanya sekitar 2-3 menit, namun faktanya Ida memang belum banyak mendapatkan perhatian dari pemerintah setempat. Padalah secara ekonomi dirinya memang dibilang paling terpuruk di lingkungan tersebut.