TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Camat Indihiang, Kota Tasikmalaya, Nanang Iskandar Z, mengaku kaget dengan kunjungan mendadak yang dilakukan Cheka. Ia pun buru-buru menghubungi para lurah hingga kepala puskesmas di wilayahnya untuk memaparkan data ibu hamil dengan KEK.
“Acara ini mendadak tadi pagi (kemarin pagi, red), yang harus dihadiri para lurah dengan kepala puskesmas, langsung saya hubungi beliau dan harus membawa data ibu hamil per kelurahan. Arahan pak Pj supaya nanti tidak ada stunting yang baru,” katanya usai mengantar Cheka pergi.
Di Puskesmas Indihiang dan Puskesmas Parakannyasag, kata Nanang, memang ada 288 ibu hamil yang sedang dalam pantauan. Sebanyak 137 dibidik sebagai keluarga yang tidak mampu. Lebih spesifik terdapat ibu hamil KEK sebanyak 21 orang dan yang kekurangan darah ada 35 orang.
Baca Juga:Kiai Amin, Amanat Ulama dan Peluang Paket Injury Time di Pilkada Kota Tasikmalaya 2024!Menanti Janji Kabag Pemerintahan Setda Kota Tasikmalaya soal Honor Sekretariat PPK!
“Kemarin kami fokus kepada anak stunting. Karena memang ada stunting-stunting baru, berarti kan harus ada yang perlu diubah terkait penanganan stunting. Jadi harus lebih fokus kepada yang ibu-ibu hamil. Jangan sampai nanti, bayinya lahir stunting lagi,” paparnya.
Nanang menjelaskan bahwa ibu hamil akan kembali dipastikan rutin mengonsumsi pil tambah darah atau tablet Fe. Memastikan pemenuhan gizinya, hingga melahirkan, dan bisa memberikan asi ekslusif kepada bayi, agar tidak berpotensi jadi kasus baru stunting.
“Seluruhnya yang hamil itu 288. Nanti dipilah mana yang dari keluarga miskin termasuk yang berisiko. Keluarga yang mampu kita juga mengedukasi jangan sampai nanti anaknya lahir stunting. Kami juga bersama dengan psikolog dan yang lain untuk mengedukasi masyarakat. Mana yang bisa dengan pembinaan, penyuluhan, mana yang harus dibantu,” jelasnya.
Secara geografis dan kebiasaan Masyarakat di Indihiang, kata dia, selain faktor Kesehatan lingkungan, taraf ekonomi juga jadi faktor penyebab kasus ibu hamil KEK hingga adanya anak stunting.
“Ya mungkin yang paling besar itu faktor ekonomi, tidak memungkiri juga faktor lingkungan. Karena di Indhiang juga yang masalah sanitasi lingkungan, terus yang sudah ODF (Open Defecation Free) 70 persen sisanya belum. Itu juga sudah kami intervensi mudah-mudahan ke depannya bisa membaik,” jelas Nanang.