Nestapa Sopir Angkot di Kota Tasikmalaya: Aturan Ketat, Pendapatan Kalah oleh Taksi Online

angkot
Ade menunjukkan mobil angkot yang ia gunakan sehari-hari untuk mencari nafkah di tengah sepinya penumpang akibat angkutan online dan odong-odong, Senin 19 Agustus 2024. (Ayu Sabrina / Radartasik.id)
0 Komentar

“Di perempatan sudah ngegulung-gulung maxim, kan kita cuma bisa sedih. Masyarakat seperti saya mah sopir angkot sedih dan sedih doang, gak bisa berkutik. Karena itu aturan pemerintah yang berkuasa, kita cuma sebatas sedih doang melihatnya,” ucapnya.

Sebagai angkutan umum yang resmi, Ade merasa dianak-tirikan. Ia merasa hanya ‘diperas’ dari pajak kendaraan yang mesti dilunasinya.

“Jadi ternyata angkutan umum itu kayak anak tiri aja. Udah gak diperhatikan sama sekali, cuma kalau susuratan mah diperhatikan harus. Gak dipantau, dipantau cuma susuratannya doang. Sedangkan dari mana kita ngisi? Mendingan ngurusin biaya anak sekolah daripada ngisiin mobil,” ujarnya.

Baca Juga:Mobil Plat Merah Ciamis Kedapatan Isi Pertalite, Netizen Langsung BereaksiMajelis Masyayikh dan Pimpinan Ponpes se-Kota Tasikmalaya Deklarasikan Dukungan pada KH Aminudin untuk Pilkada

Ia berharap pengganti Walikota hingga Presiden bisa mengembalikan kejayaan sopir angkot. Ade yang sudah menyusuri lalu lintas Kota Tasikmalaya sejak tahun 2004, mulai terasa kemerosotan pendapatannya seiring dengan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).

“Pas udah lengser SBY, udah kerasa ancur. Jadi semasa Jokowi udah gak ada buat mobil-mobil mah gak ada kemajuan. Buat mobil umum mah ancur udah. Semasa SBY mah agak mending masih enak, agak mendingan lah dari presiden sekarang. Mendingan jaman SBY asli, SBY mah masih keneh kita masih lah surat-surat mobil gak ada yang ketinggalan, mobil masih baik,” tuturnya.

Ketika hendak menaikkan tarif pun, kata Ade, justru membuat angkot mereka sepi. Kemarahan dari penumpang langsung kepada sopir.

“Masyarakat naik 500 juga marahnya abis-abisan sama sopir bukan sama pemerintah. Pemerintah mah cuma ketawa-ketawa doang. Coba yang sakit siapa? Sopir,” imbuhnya.

“Cuma gitu aja, maaf-maaf ya sama pemerintah, kita tidak mengikuti aturan seperti ngisiin mobil, susuratan mobil, mobilnya udah gak bagus seperti yang diharapkan. Karena kekurangan juga kan. Jalur saya kan tiap hari maxim ah (sambil memperagakan tangan bolak-balik) habis semuanya pake HP, kan kita gak bisa itu lewat HP,” kata Ade menjelaskan. (Ayu Sabrina)

0 Komentar