CIAMIS, RADARTASIK.ID – Proses penggenangan Bendungan Luewikeris atau impounding yang dimulai pada Kamis 15 Agustus 2024 telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan petani di Kabupaten Ciamis.
Setelah tiga hari tahap penggenangan berlangsung, debit air Sungai Citanduy yang biasa mengaliri sawah di Desa Ciharalang, Kecamatan Cijeungjing, dan Desa Beber, Kecamatan Cimaragas, menyusut drastis. Kondisi ini memicu kekhawatiran akan kekeringan pada lahan pertanian.
Ketua Kelompok Tani Puncakasih Kecamatan Lakbok, Edi Suryadi, mengungkapkan bahwa para petani sangat membutuhkan pasokan air, terutama karena tanaman padi sedang dalam tahap kritis di mana buah padi mulai muncul dan sangat memerlukan air untuk perkembangan bijinya.
Baca Juga:Majelis Masyayikh dan Pimpinan Ponpes se-Kota Tasikmalaya Deklarasikan Dukungan pada KH Aminudin untuk PilkadaBau Tidak Sedap dari Alokasi Rp 913 Juta untuk Seragam Linmas di Kota Tasikmalaya
“Kami sangat khawatir, terutama untuk sawah di Lakbok Utara yang sangat bergantung pada aliran Sungai Citanduy,” ujar Edi, Minggu 18 Agustus 2024.
Masa pengisian Bendungan Luewikeris diperkirakan akan berlangsung selama 55 hari. Selama rentang waktu tersebut, petani di Lakbok Utara hanya bisa mengandalkan air dari Sungai Cimuntur, anak sungai Citanduy.
Dikonfirmasi melalui telepon, Humas Balai Besar Wilayah Sungai Citanduy (BBWS), Rahmat Syah, mengakui aliran air dari Sungai Citanduy sudah dibendung agar masuk ke Leuwikeris sejak hari Kamis.
Terkait keluhan petani, ia menyatakan bahwa pihaknya terus memantau proses pengisian bendungan untuk memastikan tidak ada dampak negatif yang signifikan bagi masyarakat dan lingkungan sekitar.
“Kami sudah melakukan sosialisasi mengenai dampak dan solusi yang disiapkan,” ungkap Rahmat.
Proses pengisian Bendungan Luewikeris diharapkan akan selesai dalam waktu yang telah ditentukan, sementara BBWS terus melakukan evaluasi untuk mengurangi dampak pada petani yang terdampak. (Fatkhur Rizqi)