Saat itu ia hendak menimbang berat badan ibu-ibu hamil menggunakan timbangan digital. Namun saat mencari sumber daya listrik, ia kesulitan lantaran banyak rumah warga di sana belum punya kWh listrik sendiri dan masih numpang ‘nyolok’ dari salah satu tetangga mereka.
“Saya mau menimbang ibu hamil, tapi tidak ada listrik untuk mengecas timbangan. Ternyata listrik di rumah itu hanya menumpang dari tetangga (nyolok, red),” ujar Oom.
Oom, yang juga merupakan anggota Karang Taruna Kelurahan Setiawargi, mendokumentasikan kondisi rumah-rumah yang belum teraliri listrik PLN dan mengirimkannya ke Ketua Karang Taruna untuk ditindaklanjuti.
Baca Juga:Bau Tidak Sedap dari Alokasi Rp 913 Juta untuk Seragam Linmas di Kota TasikmalayaPAN Warning Semua Kandidat di Pilkada Kota dan Kabupaten Tasikmalaya Siapkan Mental!
“Saya videokan dan foto kondisi rumah, lalu kirimkan ke Ketua Karang Taruna. Kebetulan ada program, dan ternyata masih ada rumah lain yang belum memiliki listrik. Kami kumpulkan KTP dan KK, disurvei hari Selasa, dipasang hari Rabu. Prosesnya memakan waktu satu minggu,” jelas Oom.
Hingga saat ini, masih ada lima rumah lagi di RT 2 yang belum memiliki kWh listrik. Nanih, istri Ketua RT 2, menyatakan bahwa warga sudah mengajukan permintaan bantuan selama tiga tahun terakhir.
Rata-rata yang belum punya kWh listrik sendiri adalah warga dengan rumah semi permanen atau setengah bilik.
“Sudah tiga kali diajukan, tapi belum ada bantuan yang datang. Setiap tahun selalu diajukan. Mungkin sementara ini mereka bisa menumpang sambil menunggu bantuan dari PLN,” kata Nanih. (Ayu Sabrina)