Maka dari itu, Ayi menilai dalam penanganan sampah yang perlu dilakukan adalah dengan mengubah perilaku masyarakat. Karena itu merupakan kunci yang tidak bisa ditolerir. “Tapi memang membangun kesadaran itu membutuhkan waktu yang panjang,” terangnya.
Diskusi tersebut diikuti oleh pengurus RT RW, komunitas pegiat lingkungan, komunitas sampai mahasiwa serta pelajar. Hadir juga Kepala Dinas Lingkungan Hidup H Deni Diyana, Kepala Disporabudpar Deddy Mulyana, Wakil Ketua DPRD Kota Tasikmalaya H Muslim MSI dan politisi PDI Perjuangan H Demi Hamzah Rahadian.
Pada kesempatan tersebut Kepala DLH Kota Tasikmalaya H Deni Diyana mengakui bahwa secara sarana dan prasarana yang dimiliki masih minim. Dari mulai tempat penampungan, armada pengangut, alat berat sampai petugas yang melakukan penanganan sampah. “Belajar dari beberapa daerah, itu ada good will (kepala daerah),” ucapnya.
Baca Juga:Gowes Tasikmalaya-Pangandaran, Pernak-Pernik Merah Putih Melepas 679 Pesepeda Lodaya Siliwangi Ride 2024Pernah Disegel, Kafe Tempat Karaoke Bandel di Tasikmalaya Ditutup Lagi oleh Ulama dan Muspika
Karena untuk penanganan sampah, menurutnya sarana dan prasarana menjadi kebutuhan mutlak. Dia pun mencontohkan Banyumas tergolong berhasil menangani sampah, hal itu setelah pimpinan daerah fokus setiap tahun menganggarkan biaya penanganannya. “5 tahun mengucurkan anggaran penanganan secara fokus,” katanya.
Soal upaya penyadaran masyarakat, pihaknya juga sering melakukan edukasi melalui berbagai metode. Salah satunya berkolaborasi dengan ulama sebagai simpul masyarakat. “Supaya dari sisi akhlak warga bisa membantu kami senantiasa menjaga kebersihan,” ucapnya.(rga)