Oleh: Dadan Alisundana
Peduli ke ‘lemah cai’ (kampung halaman). Itulah motivasi Kang Syarif Bastaman ingin meriung dengan stakeholder di Kota Tasikmalaya.
Laki-laki kelahiran Kota Tasikmalaya ini merindukan suasana kota yang resik atau bersih.
“Sekarang berani kita katakan Kota Tasikmalaya resik?” tanya Kang Syarif Bastaman kepada Radartasik.id beberapa waktu lalu via WhatsApp.
Baca Juga:Latihan Intensif dan Persiapan Maksimal, Calon Paskibraka 2024 Siap Mengibarkan Bendera di Jantung NusantaraMengungkap Bahaya Tersembunyi! Ini Alasan Mengapa Merokok Sambil Berkendara Bisa Jadi Bencana
Banyaknya pemberitaan di koran, media online, televisi hingga medsos yang memviralkan problem sampah di kotanya, membuat alumni SMAN 1 Tasikmalaya ini gundah.
“Saya sering diundang ke berbagai daerah di Indonesia berbicara sampah. Saya juga ingin berbagi pemikiran dengan saudara di kampung sendiri,” ungkapnya.
Kang Syarif Bastaman sosoknya lebih dikenal sebagai pengusaha asal Tasik yang dia istilahkan Patas.
Patas yang satu ini terbilang sukses dengan bisnis energi dan pertambangannya.
Wara-wiri ke mancanegara bagi dia kata orang Sunda sudah seperti “jalan ka cai”.
“Saya tetap rindu kampung halaman. Ingin pulang dan mengenang masa-masa sekolah. Tapi kotanya tidka nyaman,” keluh Kang Syarif Bastaman.
Para perantau Tasik itu tutur pria yang akrab disapa Kang Iip, banyak yang sukses di Jakarta maupun di kota lain. Termasuk di luar negeri.
Baca Juga:257 Sarjana Terapan dan Diploma Polbangtan Bogor Siap Berkontribusi untuk Dunia Pertanian dan PeternakanKata Kang Dedi Mulyadi Presiden Duda Gubernur Duda, Tanpa Istri Lebih Totalitas dalam Mengabdi
“Mereka ingin bernostalgia pulang ke kota asalnya. Tapi melihat situasi kota tidak resik, mereka tidak betah. Saya juga suka cepat-cepat kembali ke Jakarta,” tutur Kang Iip.
FORSIL RT/RW
Gayung bersambut. Kegundahan Kang Iip dengan kondisi kotanya yang tidak resik mendapatkan “muaranya”.
Sewaktu dia diundang ke WhatsApp Group (WAG) Forum Silaturahmi (Forsil) RT/RW Kota Tasikmalaya.
WAG Forsil ini ternyata bukan saja mewadahi para pengurus RT dan RW di Kota Tasikmalaya.
Para tokoh agama, pengusaha, akademisi, aktivis sosial, politisi, advokat, birokrat, anggota dewan, jurnalis, seniman, hingga yang mau mencalon wali kota dan wakil wali kota.
Di WAG Forsil Kang Iip mendapatkan beragam informasi tentang apa sebenarnya problem Kota Tasikmalaya.
Problem yang mengemuka mulai kepemimpinan daerah, alokasi anggaran daerah yang tersedot belanja pegawai, minimnya PAD (pendapatan asli daerah), sumber daya manusia yang rata-rata tingkat pendidikannya rendah.