TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Baliho gambar bakal calon Walikota Tasikmalaya semakin marak menjelang waktu pendaftaran ke Komisi Pemilihan Umum (KPU). Penempatannya sudah tidak lagi beraturan bahkan banyak yang saling tumpang tindih satu sama lain.
Namun banyaknya alat peraga sosialisasi atau APS yang dipasang itu tak lantas membuat masyarakat respect dan mengenal para bakal calon. Khususnya kalangan muda yang lebih dikenal sebagai generasi Z alias Gen-Z. Mereka punya pandangan sendiri atas maraknya alat peraga sosialisasi yang dipasang para kandidat di seluruh sudut kota.
Seperti dikatakan Syahrul (20) warga asal Paseh. Ia memandang banyaknya Baliho dan alat peraga sosialisasi lain yang terpampang tidak menarik minatnya untuk mengetahui lebih jauh sosok bakal calon wali kota.
Baca Juga:Kejutan! Isteri Vokalis Gigi Umumkan Siap Maju Pilkada Ciamis Dampingi Nanang PermanaMenanti Manuver Azies Rismaya Mahpud Jelang Masa Injury Time di Pilkada Kota Tasikmalaya!
Alih-alih jadi alat sosialisasi, ia menilai alat peraga sosialisasi yang ditempatkan sembarangan hanya mengotori pemandangan. Tindakan itu juga kurang efektif karena pada akhirnya hanya akan menjadi sampah. “Menurut saya sih (alat peraga sosialisasi) tidak (efektif) ya, karena mengganggu,” ucapnya kepada Radar, Selasa (6/8/2024).
Bagi Gen-Z, sosialisasi dengan cara tatap muka langsung lebih dihargai ketimbang memajang foto-foto di pinggir jalan. Mereka lebih nyaman bertemu berhadapan kemudian berbincang.
“Kayak di Dadaha itu ya di pinggir-pinggirnya kan seharusnya bersih. Nah, sekarang di pager-pagernya malah seenaknya aja buat ditaruh baliho. Jadi mengganggu pandangan saja,” ujar Syahrul.
Demikian juga pandangan Abdul Kholik (24). Menurut dia tidak sedikit medium sosialisasi politik yang ditempel pada tempat tak seharusnya. Seperti pepohonan hingga trotoar. “Mungkin mengganggu dari segi kerapian lingkungan sih. Jadi acak-acakan,” tuturnya.
Meski begitu, Abdul menyebut baliho bisa membantu kandidat dikenal oleh warga. Namun melihat realitas, butuh waktu untuk bisa mencerna foto, nama, hingga slogan yang termuat dalam alat peraga sosialisasi tersebut.
“Mungkin sedikit ya efektifnya, karena kan banyak orang yang gak tau juga sama calon-calon. Jadi ada gambaran sedikit waktu melihat baliho jadi tahu siapa saja nama-namanya gitu,” terusnya.
Di sisi lain, ukuran baliho hingga estetika gambar dan slogan yang pas paling diingat anak muda. Menurut pemuda bernama Genta (22), intensitas melewati jalan yang sama, atau menemukan baliho serupa di banyak jalan jadi penentu kenal tidaknya mereka terhadap para calon.