Universitas Siliwangi Rangkul Kiai, Cegah Diabetes Melitus dan Stunting di Kota Tasikmalaya

Diabetes Melitus dan Stunting di Kota Tasikmalaya
Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Siliwangi (Unsil) dalam melakukan pencegahan penyakit diabetes melitus dan stunting melalui edukasi kesehatan pada tokoh agama Islam Kota Tasikmalaya di Unsil, Selasa, 30 Juli 2024. (Fatkhur Rizqi/Radartasik.id)
0 Komentar

”Supaya bersama-sama melakukan pencegahan penyakit diabetes melitus dan stunting. Itu merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh sebagai upaya peningkatan derajat kesehatan,” katanya.

Lebih lanjut, mengapa penyakit diabetes melitus harus ada peran dari kiai Kota Tasikmalaya. Sebab penyakit ini merupakan peringkat kedua, di bawah penyakit jantung yang menempati posisi puncak.

”Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang banyak diderita masyarakat Kota Tasikmalaya sehingga penyakit jantung, stroke dan lainnya itu sangat erat kaitannya dengan diabetes melitus,” ujarnya.

Baca Juga:Prediksi Maccabi Tel Aviv vs FCSB di Liga Champions 2024: Sama-Sama Punya Harapan MelajuPrediksi FC Midtjylland vs UE Santa Coloma di Liga Champions 2024: Menjamu Tamu yang Banyak Beban

Dengan begitu, pembekalan untuk kiai bisa mengatur aktivitas baik pola hidup, pola makan dan pola istirahat. Tentunya untuk menghindari penyakit diabetes melitus. Selanjutnya dapat mengajak juga para kiai ini sebagai role model positif.

”Arahnya supaya bisa bersama-sama untuk menyampaikan kesehatan setiap dakwah. Selama ini pemerintah dan kampus memecahkan permasalahan kesehatan dari sudut ilmu murninya saja, sehingga mengajak para kiai jauh bisa diterima masyarakat,” katanya.

Ke depannya, pihaknya bakal kolaborasi dengan penyuluh kesehatan Kementerian Agama, tentunya untuk merancang buku khutbah berisi tentang kesehatan sehingga tidak hanya syariat agama dan ibadah saja. Misalnya peran keluarga untuk anak dapat mencegah dari stunting dan diabetes melitus dengan pasangan sisi agamanya.

Apalagi, 50 persen gagal ginjal Kota Tasikmalaya di bawah 20 tahun, karena minuman instan dengan bahan gula tinggi. 

Lalu, perubahan bahan baku, seperti ketika minum kopi pakai gula pasir, diganti dengan larutan fruktosa yang bentuknya cairan manis.

Sehingga berbagai tokoh pihak terutama tokoh agama Islam yang dapat memberikan ceramah ataupun nasihat kepada jemaahnya terkait pola makan yang sehat dan halal sesuai anjuran agama. 

Hal itu menjadi peran penting dalam penurunan kasus diabetes melitus. ”Arahnya bagaimana kiai bisa ikut menaikkan indeks pembangunan kesehatan masyarakat di  Kota Tasikmalaya,” ujarnya. (Fatkhur Rizqi)

0 Komentar