TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Produksi daging ayam kampung di Kota Tasikmalaya yang baru sekitar 575,82 ton per tahun, masih belum memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal itu menjadi peluang bagi peternak lokal untuk masuk pasar.
Pj Wali Kota Tasikmalaya, Cheka Virgowansyah, bahwa menjelaskan berdasarkan data, kebutuhan masyarakat Kota Tasikmalaya terhadap daging ayam kampung adalah sebesar 6.005 kg per hari atau 2.191,8 ton dalam satu tahun.
“Karenanya budidaya ayam kampung sangat prospektif untuk dikembangkan,” ujarnya disela menghadiri kegiatan peresmian bantuan program Paranje Tasik di Kelompok Tani Sinarjaya Jaya, Kecamatan Kawalu, Selasa 30 Juli 2024.
Baca Juga:Viman Alfarizi Bicara soal Terbengkalainya Terminal Indihiang dan Money Politics di Pilkada 2024!Rois Syuriah PCNU Sebut Sudah Saatnya PKB Memimpin Kota Tasikmalaya di 2024!
Paranje Tasikmalaya adalah salah satu program yang dimaksudkan mendukung ketahanan pangan serta pengendalian produksi sampah. Hal itu lantaran sampah organik bisa digunakan untuk budidaya magot yang menjadi salah satu pakan ternak, termasuk ayam.
mengembangkan bidang peternakan. Sebelumnya Kecamatan Purbaratu sudah melaksanakan hal serupa, dimana dengan kandang berukuran 2 x 5 meter dapat menampung 750 ekor ayam. “Komposisi pakannya bervariasi, yaitu 45 persen pakan pabrikan, 40 persen maggot, dan 15 persen azolla,” rincinya.
Program Paranje Tasik sendiri dipercaya memiliki prospek yang bagus lantaran hingga saat ini kebutuhan pasarnya masih besar. Cheka sendiri mengaku telah berkomunikasi dengan sejumlah pengusaha rumah makan untuk membicarakan pemasaran daging ayam dari hasil proram Paranje Tasik itu.
“Dari hasil itu kita dapatkan bahwa kebutuhan daging ayam di Kota Tasikmalaya itu mencapai 6 ton per hari. Kalau melihat pangsa pasar seperti itu berarti setidaknya dibutuhkan sekitar 40 Paranje di Kota Tasikmalaya,” kata Cheka.
Saat ini jumlah Paranje di Kota Tasikmalaya disebut baru ada 7 buah. Cheka menargetkan setiap kecamatan memiliki Paranje sehingga kebutuhan terhadap daging ayam kampung bisa terpenuhi oleh peternak lokal.
Cheka juga menyebut bahwa Program ini telah menunjukan keberhasilan melalui pengelolaan yang efisien dan inovatif.
Sebab, pemberian pakan tambahan alternatif maggot dan azola tidak hanya menekan biaya pakan sebesar 42 persen, tetapi juga membantu mengatasi masalah sampah organik di Kota Tasikmalaya. “Karena itu pemerintah, akan terus mendukung dan memfasilitasi pengembangan agribisnis di seluruh wilayah Kota Tasikmalaya,” katanya.