“Kadang nongkrong di tempat ramai itu seru sih. Mungkin kita juga bisa memperluas pertemanan,” ucap Fahry.
Ia beralasan duduk di atas trotoar menikmati kopi susu kesukaannya, tak bisa dilakukan siang hari.
Selain karena sibuk bekerja, pemilik café juga tidak membuka lapak atau tempat duduk di sana sebab sering dilalui pejalan kaki. Belum lagi, dengan keramaian dan kepadatan kendaraan.
Baca Juga:Viman Alfarizi Bicara soal Terbengkalainya Terminal Indihiang dan Money Politics di Pilkada 2024!Rois Syuriah PCNU Sebut Sudah Saatnya PKB Memimpin Kota Tasikmalaya di 2024!
Seperti yang terjadi di Jalan Dewi Sartika pada Rabu siang. Beberapa kendaraan terparkir di sana, dipandu dengan juru parkir yang ada.
“Kalau ke sini siang, seringnya take away atau pesan online. Selain panas siang hari, agak aneh sih nongkrong siang-siang. Di sini juga suka padet lalu lintasnya,” ceritanya.
Sementara itu, trotoar lain di Kota Tasikmalaya dijadikan tempat mencari nafkah bagi Pedagang Kaki Lima (PKL). Seperti di pasar kojengkang yang ada di Dadaha. Hampir sepanjang trotoar di sana tersapu bersih dengan lapak ‘dadakan’.
Belakangan nasib mereka terancam, sebab Pemerintah Kota Tasikmalaya memutuskan merelokasi pedagang kuliner dan berwacana meniadakan pasar kojengkang di area trotoar.
Keputusan ini menuai polemik, tetapi Pemkot berlandaskan ingin mengembalikan trotoar kepada fungsinya, untuk pejalan kaki. (Ayu Sabrina)