TASIKMLAYA, RADARTASIK.ID – Semakin dekatnya tahapan jadwal pendaftaran calon, konstalasi politik di Pilkada semakin dinamis. Bongkar pasang koalisi berpotensi terjadi dan bisa berakitan ada partai atau kandidat yang tersisih alias zonk.
Sebagaimana diketahui, sementara ini masing-masing parpol sudah memiliki koalisi dan kandidat. Namun koalisi yang ada tidak menjadi dasar pemaketan pasangan, bahkan malah muncul wacana pasangan dari kandidat yang saat ini belum berkoalisi.
Seperti halnya kolisi PPP – Denokrat yang tidak memunculkan Ivan – Azies atau Nurhayati Azies. Wacana yang muncul malah paket Ivan-Dede Muharam yang syaratnya PPP dan PKS harus berkoalisi.
Baca Juga:Kota Tasikmalaya Kembali Mengejar Penghargaan Adipura, Masalah Sampah Bisa Beres? Tidak Ada Tumbal! UPTD Sebut Lapangan Alun-Alun Dadaha Boleh Dipakai Konser Musik, Tapi EO Minta di Stadion
Pengamat Politik Tasikmalaya Asep M Tamam menilai bahwa kontalasi di Pilkada Kota Tasikmalaya memang semakin liar. Koalisi yang sebelumnya memberikan gambaran peta kandidat atau pasangan, malah membangun stigma ketidakjelasan. “Jadi seperti makin jauh, tapi sepertinya memang harus begitu untuk menuju sesuatu yang jelas,” ungkapnya kepada Radar, Senin (29/7/2024).
Hal ini sejalan dengan analisanya di awal yakni koalisi yang terbangun sebatas formalitas. Meskipun secara politik bisa jadi bagian dari strategi memenangkan kotestasi. “Dari awal kan saya sebut koalisi basa basi,” ucapnya.
Menguatnya wacana paket Ivan-Dede pun menurutnya masih terhalang karena di PPP pun masih ada Hj Nurhayati. Namun jika betul terealisasi, ini akan jadi warning bagi Partai Demokrat dan PKB. “Kalau melihat kondisinya koalisi basa-basi ini sepertinya akan pecah, dan kelihatannya akan terjadi kejutan-kejutan,” ucapnya.
Ada kalanya, maneuver-manuver politik yang terjadi membuat satu atau dua parpol serta kandidat jadi tersisih. Terlebih jika hal itu terjadi di masa injury time dan membuat parpol atau kandidat terkait tidak punya pilihan. “Bisa jadi di injury time ada partai yang ditinggalkan koalisinya sehingga tidak bisa mengusung kandidat, jadi parpol dan kandidat harus mewaspadai hal ini,” ucapnya.
Pasalnya, semua partai kecuali Gerindra kondisinya tidak bisa mengusung pasangan secara mandiri. Sehingga ketika tersisihkan, pilihan rasionalnya bergabung dengan koalisi yang sudah ada. “Misal ketika tersisa PKB dan Demokrat, jumlah kursinya masih belum memenuhi untuk berkoalisi dan mengusung pasangan kecuali ada tambahan partai lagi,” terangnya.