TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Stadion Wiradadaha untuk konser musik band Radja seolah menjadi tumbal dan seolah tidak masalah walaupun rusak. Padahal sebelumnya event serupa biasa dilaksanakan di lapangan Dadaha karena bisa menimbulkan kerusakan.
Pengurus Persikotas Asep WK mengaku aneh dengan kebijakan Disporabudpar Kota Tasikmalaya yang memfasilitasi event organizer untuk mengadakan konser di stadion. Karena sebelum-sebelumnya, event tersebut biasa dilaksanakan di lapangan Dadaha yang sekarang sudah direvitalisasi.
“Biasanya kan di lapangan upacara, kenapa sekarang jadi di stadion,” ucapnya kepada Radartasik.id, Minggu (28/7/2024).
Baca Juga:Wacana Paket Ivan Dicksan – Dede Muharam Menguat, Syaratnya PPP dan PKS Berkoalisi di Pilkada Kota TasikmalayaLangsung SK Pencalonan! Viman Alfarizi Tak Perlu Surat Tugas atau Rekomendasi di Pilkada Kota Tasikmalaya 2024
Ketika Disporabudpar atau UPTD Pengelola Komplek Dadaha khawatir lapangan atau alun-alun dadaha rusak, hal itu lebih aneh lagi. Karena sudah jelas lapangan di stadion Wiradadaha pun akan rusak ketika digunakan untuk konser. “Kenapa di lapangan tidak bisa karena takut rusak, tapi di stadion mau rusak pun boleh,” ucapnya.
Situasi tersebut menurutnya Stadion Wiradadaha seolah menjadi tumbal dari lapangan upacara. Karena ada perlakuan yang berbanding terbalik untuk kedua sarana yang ada di Dadaha tersebut.
“Padahal kalau lapangan upacara fungsinya lebih umum bahkan sebelumnya sudah biasa jadi tempat konser, sedangkan stadion sudah jelas untuk sepak bola,” katanya.
Jika melihat sikap dari EO, mereka siap menanggung perbaikan untuk kerusakan akibat konser musik band Radja itu. Menurutnya tinggal berlakukan juga hal tersebut untuk penggunaan lapangan upacara atau alun-alun Dadaha.
“Kan sudah jelas penyelenggara siap memperbaiki kerusakan, harusnya diarahkan ke lapangan upacara, bukan ke stadion,” ucapnya.
Ketika bicara dampak penggunaan pun, lanjut Asep, warga tetap bisa melaksanakan aktivitas di lapangan upacara meskipun ada kerusakan. Lain cerita dengan stadion yang tidak bisa berfungsi maksimal ketika lapangannya rusak karena berpengaruh pada pergerakan pemain sepak bola. “Jadi sangat tidak fair bagi tim sepak bola yang biasa menggunakan stadion,” tuturnya.
Di samping itu, menurut Asep kawasan Dadaha secara umum memang sudah tidak layak jadi tempat event hiburan skala besar. Bukan soal ketersediaan tempat, namun dampak terhadap aspek lain di masyarakat sekitar. “Kan ketika macet, jalan-jalan gang jadi ikut padat,” katanya.