TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Siliwangi (Unsil) Tasikmalaya mendiskusikan sampah visual di masa Pilkada 2024. Mereka mengkaji regulasi yang berlaku di Kota Resik, terutama maraknya gambar ‘tersenyum’ para kandidat yang hendak nyalon di pesta demokrasi mendatang.
Ketua BEM Unsil Tasikmalaya Ahmad Riza Hidayat mengaku sengaja mengundang pihak berwajib untuk mengetahui regulasi yang berlaku di Kota Tasik. Dalam kesempatan itu ia juga mengungkap banyaknya reklame serta alat peraga promosi yang penempatannya dirasa kurang elok sehingga meresahkan.
“Maka, secara komprehensif kita akan susun rekomendasi kebijakan bagi Pemkot dan pihak terkait,” ujarnya disela diskusi di area kampus, Minggu 28 Juli 2024.
Baca Juga:Viman Alfarizi Bicara soal Terbengkalainya Terminal Indihiang dan Money Politics di Pilkada 2024!Rois Syuriah PCNU Sebut Sudah Saatnya PKB Memimpin Kota Tasikmalaya di 2024!
Menurut dia reklame sebagai sampah visual perlu diperhatikan. Sebab itu pihaknya akan menyampaikan kajian akademis terkait reklame kepada dinas terkait dalam waktu dekat. Hal itu lantaran pemasangan reklame dan alat peraga sosialisasi yang masif belakangan ini dinilai sangat mengganggu estetika kota.
“Disamping takutnya terjadi hal tidak diinginkan, saat mengganggu ketertiban, kecelakaan, kita tak inginkan. Kita akan tuntaskan hulu ke hilir, masyarakat tahu agar bisa turut mengawasi dan tidak apatis,” beber Ahmad.
Mahasiswa, lanjut dia, menganggap Pemkot Tasikmalaya selama ini seperti tertidur pulas. Terutama saat marak reklame bergambar para kandidat Pilkada mulai menyesaki ruang kota. Bahkan hingga ke pelosok.
“Kami akan membangunkan kembali bagaimana instansi terkait melek dan bersikap. Kalau tak ada respons, kita akan desak supaya melakukan langkah. Bahkan kita bisa aksi massa, supaya gerakan ini bisa diperhatikan,” tegasnya.
Menurutnya, visualisasi marketing tak terlepas dalam validasi diri atau perkenalkan produk. Dalam marketing, proses promosi merupakan hal wajib.
“Hanya persoalan dimana peletakan reklame atau periklanan yang tepat. Jangan sampai salah sasaran. Kualitas arsitektur kota dan demokrasi tata ruang akan terganggu ketika promosi salah kaprah mengganggu keindahan dan estetika,” ungkap dia.(Firgiawan)