Sedangkan Diky Chandra mengutarakan keberpihakannya terhadap kebudayaan yang ia munculkan sejak turun pertama kali dari mobilnya.
Diky memakai iket khas Sunda kepunyaannya. Tidak lupa melakoni ramah tamah orang Sunda, dengan menyalami satu per satu penonton diskusi.
“Untuk mempertahankan budaya jangan menunggu dari pemerintah. Harus mulai dari aksi sendiri,” katanya.
Baca Juga:Ditunjuk Jadi Ketua Kelompok Relawan Ridwan Kamil di Tasikmalaya. Ihsan B Nadirin: Gasssskeunn!Peran KPU dan Bawaslu Nyaris Tak Terdengar di Pilkada Kota Tasikmalaya 2024, Padahal Anggarannya Gemuk!
Setelah ketiganya menyampaikan pandangan atau pendapat terhadap topik yang dibawakan, pemandu acara mulai mempersilakan penonton bertanya.
Namun MZ Arif sebagai moderator mengingatkan penonton yang hendak bertanya, agar tidak boleh sampai membuat ketiganya pria itu membuat janji kampanye. Sebab mereka belum sah ditetapkan sebagai calon Wali Kota Tasikmalaya.
Awalnya ketiganya cukup menjaga imej. Hingga suasana pecah kala Diky Chandra lebih dulu menghabiskan dua gelas teh panas.
Setelah itu ia mengatakan bahwa dirinya senang bisa berdiskusi secara langsung dengan budayawan dan sekaligus calon rivalnya itu.
“Saya mungkin banyak dipertanyakan kenapa sih Diky Chandra keliling dinas, buat apa? Dari semua calon sepertinya saya yang paling santai. Saya ingin memperlihatkan kepada calon lain, bahwa tidak apa loh jika tidak terpilih atau kalah,” ujarnya sambil tergelak.
“Ya sebenarnya udah gak mungkin lah jadi calon wali kota. Tinggal jadi calon wakil wali kota,” lanjutnya.
Candaan itu sontak membuat Agus Wahyudin dan Arif turut tertawa. Penonton pun mencoba menyaut dengan berkata bahwa di antaranya keduanya mungkin bisa jadi pasangan calon.
Baca Juga:Ivan Dicksan Mampu Ciptakan Partisipasi Publik, Sehari 5-7 Titik Didatangi untuk Penuhi Undangan Warga!Viman Alfarizi dan Politik Sedekah: Gabungkan Kekuatan Kawan, Lawan dan yang Abu-Abu untuk Memenangkan Pilkada
“Hiji deui jadi naon atuh? Jadi sekda kitu?” timpa Diky sambil tertawa.
Baik Agus Wahyudin ataupun Arif, keduanya tidak memperpanjang guyonan tersebut. Mereka kembali berfokus pada tema diskusi yang dibawakan pemandu.
Ketua KCT, Ashmansyah Timutiah, menjelaskan bahwa sebenarnya total ada 17 kandidat yang akan dikupas gagasan dan cara pikirnya.
“Menjadi sebuah tanggungjawab moral atau non administratif, untuk memberikan sebuah pemahaman terhadap masyarakat tentang calon-calon yang ada. Artinya Masyarakat jangan terjebak dengan gambar-gambar, terjebak dengan materi dan hal lain. Perlu ada ruang untuk diskusi mendengarkan gagasan mereka,” terangnya kepada Radar.