Disamping itu, lanjut Uus, faktor lain penyebab tingginya kasus juga kaitan kepedulian bersama. Dimana semua kalangan mesti didorong partisipasi dalam antisipasi dan penanganan, terutama pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara mandiri.
“Pemberantasan juga, tak cukup hanya di rumah-rumah karena kadang di rumah beberapa kasus tak ada jentik. Itu faktornya bisa di lingkunyqnz sekolah, kantor atau ruang publik. Oleh karena itu PSN harus konsentrasi di perkantoran, tempat publik termasuk pesantren harus kita gerakan untuk pemberantasan PSN mandiri menutup tempat penampungan air dengan baik, salahsatunya,” beber Uus.
Lakukan Pencegahan
Ia mengatakan Dinas Kesehatan sebenarnya telah melakukan sejumlah pencegahan untuk menahan laju kasus DBD. Diawali dengan pembelakan kader Jumantik dengan memberikan ragam tools kits untuk pencegajan, hingga membentuk group WhatsApp untuk setiap puskesmas, yang ditujukan memantau perkembangan kasus.
Baca Juga:SK PAN Diprediksi Mendekat ke Murjani Jelang Pendaftaran Pilkada Kota Tasikmalaya 2024!Gansa Persada MAN 1 Tasikmalaya Raih Juara 1 di Hari Bhakti Adhyaksa Ke-64
“Tidak hanya itu, kami juga sudah memberikan penyuluhan bekerjasama dengan institusi pendidikan mulai sekolah sampai perguruan tinggi. Hingga memunculkan produk buku saku DBD, sebagai panduan edukasi untuk diterapkan di lingkungan pendidikan” jelasnya.
sementara upaya prefentif dan promotif lainnya. Pihaknya juga menggandeng Diskominfo dalam penyebarluasan informasi berkaitan DBD. Termasuk dalam mengakselerasi penanggulangan, surat edaran sudah diterbitkan ke setiap kelurahan kecamatan supaya bisa konsen menggerakkan masyarakat sadar peduli kebersihan rumah dan lingkungannya.
“Dalam menekan angka kematian juga, kami sudah adakan diagnosa dini DBD di setiap puskesmas berupa penyediaan pemeriksaan NSone. Dimana alat tersebut merupakan alat yang paling efektif saat ini dalam mendiagnosa gejala DBD, itu digratiskan di setiap puskesmas. Termasuk siapkan juga Abate yang bisa diminta warga ke puskesmas terdekat secara gratis,” paparnya.
Tidak hanya itu, saat ini pun penatalaksanaan dalam penanganan DBD pihaknya sudah membangun jejaring dengan setiap rumah sakit swasta mau pun pelat merah. Sebagai sarana bertukar informasi mau pun penanganan, dalam menghadapi DBD yang mulai mewabah.
“Kami masih berjuang sampai saat ini. Kami mengantisipasi dan mengendalikan, supaya tidak lagi terjadi fenomena beberapa tahun lalu saat covid-19 DBD kita menjadi daerah tertinggi nomor 3 tingkat nasional kasus DBD-nya. Hari ini pun, walau kita daerah urban dengan potensi penularan yang tinggi, Alhamdulillah sejauh ini bisa terkendali dengan tritmen-tritmen yang dilakukan tersebut,” ucapnya.