TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Para siswa Raudhatul Athfal (RA) Muhammad Ramdhan Panyingkiran Kecamatan Indihiang, terpaksa tidak bersekolah pada Selasa 23 Juli 2024.
Dua ruang kelas yang biasa digunakan kegiatan belajar mengajar, ambruk Selasa pagi sekitar pukul 5.50 WIB.
Kepala RA Muhammad Ramdhan Ana Yuliana SPD Aud menjelaskan pihaknya mendapat informasi dari warga sekitar, bahwa bangunan sekolah ambruk bagian atapnya.
Baca Juga:Ditunjuk Jadi Ketua Kelompok Relawan Ridwan Kamil di Tasikmalaya. Ihsan B Nadirin: Gasssskeunn!Peran KPU dan Bawaslu Nyaris Tak Terdengar di Pilkada Kota Tasikmalaya 2024, Padahal Anggarannya Gemuk!
Benar saja, saat diperiksa, atap kedua ruang kelas itu sudah roboh dan otomatis tak bisa digunakan.
“Memang tak ada tanda mau roboh. Hanya sering bunyi pasir jatoh, kayu jatoh. Anak-anak kemarin bilang katanya ada gempa ya Bu, di atap seperti ada suara mendecit,” tuturnya menceritakan, disela mengamankan barang dan peralatan sekolah.
Menurutnya, lembaga pendidikan yang berlokasi di RT/RW 01/05 Panyingkiran Kecamatan Indihiang itu, memang sudah lama tidak mendapat perawatan serius.
Sebab, beberapa kali mengajukan bantuan kepada Kemenag maupun Pemkot, tak mendapat respon.
Beruntung kejadian pagi hari ketika tidak ada aktivitas di RA.
“Bangunan sudah sejak 1975 atau 49 tahun belum direnovasi. Sering ajukan bantuan, Alhamdulillah di Tahun 2022 pernah diberi bantuan Rp 5 juta dari Pemkot dan itu hanya cukup untuk pemeliharaan ringan saja,” ucapnya.
Tahun ini pun pihak sekolah kembali mengajukan bantuan perawatan dan diharapkan bisa turun di awal tahun 2025 nanti. Jumlah bantuan yang diajukan cukup signifikan, agar perbaikan bangunan sekolah bisa lebih layak lagi.
Baca Juga:Ivan Dicksan Mampu Ciptakan Partisipasi Publik, Sehari 5-7 Titik Didatangi untuk Penuhi Undangan Warga!Viman Alfarizi dan Politik Sedekah: Gabungkan Kekuatan Kawan, Lawan dan yang Abu-Abu untuk Memenangkan Pilkada
“Kami sudah laporkan ke kemenag, kelurahan kaitan kejadian roboh ini. Mudah-mudahan ada solusi,” ungkapnya.
Ada pun sementara ini, pihaknya akan berembuk dengan para guru dalam mencari solusi sementara agar proses KBM bisa terus berjalan.
Sebab, ketiga bangunan kelas yang digunakan 24 siswa belajar setiap hari, tak bisa digunakan.
“Hari ini terpaksa pembelajaran terganggu. Kebetulan ada 1 ruang mungkin butuh 2 ruangan lagi dan sepertinya kami akan siapkan pembelajaran di tenda darurat,” paparnya.(Firgiawan)