TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Dinas Perpustakaan Kearsipan Daerah Kota Tasikmalaya (DIPUSIPDA) sudah bertahun-tahun menjalankan program perpustakaan keliling (perpusling).
Tujuannya untuk meningkatkan minat baca warga Kota Resik. Namun sayang, pengunjungnya ditaksir tak bertambah signifikan.
Setiap hari Rita Juliani dan Restu Riswara berkeliling membawa ratusan buku, untuk diantarkan kepada calon pembacanya.
Baca Juga:Ditunjuk Jadi Ketua Kelompok Relawan Ridwan Kamil di Tasikmalaya. Ihsan B Nadirin: Gasssskeunn!Peran KPU dan Bawaslu Nyaris Tak Terdengar di Pilkada Kota Tasikmalaya 2024, Padahal Anggarannya Gemuk!
Ruang terbuka publik di Kota Tasikmalaya menjadi tujuan mereka, selain dari rutinitas mengunjungi sekolah-sekolah yang sudah bekerjasama.
Rita menceritakan, setiap lokasi menjadi lapak membaca yang dibuka selama tiga jam. Karpet hingga kursi turut diboyong dalam mobil itu.
“Perpustakaan datang untuk mengantarkan Masyarakat menuju Indonesia cerdas” begitulah slogan yang tercetak dalam badan mobil tersebut.
Sayangnya, buku yang sudah diantarkan kepada warga itu, kata Rita, masih sepi peminat. Jumlahnya tak pernah bertambah, malah berkurang.
“Seperti di alun-alun sekarang, dari jam 8 sampai jam 11. Pengunjung Biasanya 15 orang dan kebanyakan anak-anak,” ungkapnya kepada Radar, Jumat 19 Juli 2024.
Padahal kata Rita, selain didominasi buku anak, buku berbasis pengetahuan umum pun dijajakan. Meski topik dan jumlah yang terbatas.
“Banyak sih buku anak, seperti buku bercerita. Ada juga buku-buku pengetahuan umum, memberikan referensi untuk orang dewasa. Yang lainnya kayak buku memasak, tanaman herbal. Untuk mahasiswa mungkin kurang banyak,” jelasnya.
Baca Juga:Ivan Dicksan Mampu Ciptakan Partisipasi Publik, Sehari 5-7 Titik Didatangi untuk Penuhi Undangan Warga!Viman Alfarizi dan Politik Sedekah: Gabungkan Kekuatan Kawan, Lawan dan yang Abu-Abu untuk Memenangkan Pilkada
Perpustakaan ini memiliki tujuan untuk mereka yang sekolahnya berada jauh dari pusat kota, dan tidak terjangkau ke Perpustakaan Daerah.
Oleh karena itu, Rita menjelaskan bahwa tak hanya di Alun-Alun Dadaha Kota Tasikmalaya atau sekolah saja, Perpustakaan Keliling juga menyasar ke lingkungan Masyarakat.
“Ada juga ke Masyarakat. Kayak ke lingkup RW, kampung gitu. Kita juga menerima kalau ada panggilan event-event gitu,” ujarnya.
Tak sedikit ia memerhatikan, bahwa anak-anak lebih tertarik dengan ponsel pintar ketimbang membaca buku. Padahal layanan baca di Perpustakaan Keliling ini gratis.
Hanya saja pembaca tidak bisa membawa pulang buku tersebut. Sehingga memiliki waktu terbatas untuk menyelesaikan sebuah buku.
“Minat baca di Kota Tasik menurun. Ya mungkin di antaranya banyak ke gadget,” ucap Rita. (Ayu Sabrina)