Apalagi, lanjut Dudang, kontribusi para pedagang itu terhadap lingkungan warga juga sangat minim. Ketika warga menggelar kegiatan, para pedagang hanya menyumbang alakadarnya.
“Memang pasar rel ini masuk di tiga wilayah ke-RW-an. Hanya terus terang saja, warga kami di RW 02 sudah jenuh dan ingin ada perbaikan atau pembenahan di sana,” tuturnya.
“Jangan sampai dibiarkan berlarut begini, kita juga ingin kampung halaman, lingkungan itu nyaman, bersih. Harus ada sikap dari pemerintah supaya ada perhatian di wilayah kami,” pintanya.
Baca Juga:Ditunjuk Jadi Ketua Kelompok Relawan Ridwan Kamil di Tasikmalaya. Ihsan B Nadirin: Gasssskeunn!Peran KPU dan Bawaslu Nyaris Tak Terdengar di Pilkada Kota Tasikmalaya 2024, Padahal Anggarannya Gemuk!
Hal ini juga sebagaimana pengakuan salah seorang pengendara yang melintasi kawasan Pasar Rel, Muhammad Syamil (39).
Ia mengaku tak nyaman ketika harus melewati jalur itu lantaran jalannya berlubang, becek dan juga sempit.
“Apalagi saat turun hujan, kita yang paling dekat akses ke sini ya mau tak mau harus melewati saja, apalagi ketika banyak yang belanja tapi tak turun dari motor seperti drive thru saja, dan itu otomatis buat macet kan jalannya kecil kalau mau ke arah Jalan Pasar Wetan,” keluhnya memaparkan.
Sementara itu, pengunjung Pasar Rel, Dinda Nurazizah (32) mengaku terbantu adanya pasar tersebut.
Selain dekat dan mudah dikunjungi di pusat kota, juga harganya relatif bersaing dengan toko modern yang ada di sekitaran Pasar Wetan.
“Ya memang risikonya begitu, suasananya ga nyaman, kotor dan becek. Kadang kumuh juga kalau jam tertentu belum ada petugas bersih-bersih di sini,” ungkap dia.(Firgiawan)