TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Masifnya transksi barang secara online berimbas terhadap usaha para pedagang tradisional.
Khususnya penjualan pakain jadi dan pernak-pernik fashion lain. Banyak pedagang yang semula menyewa kios di Cikurubuk untuk berjualan kini telah menutup tokonya.
Pantauan Radar, pada Kamis 18 Juli 2024, sejumlah kios busana di Pasar Cikurubuk sudah ditempeli stiker informasi untuk dijual. Ada pula yang dikontrakan.
Baca Juga:Ditunjuk Jadi Ketua Kelompok Relawan Ridwan Kamil di Tasikmalaya. Ihsan B Nadirin: Gasssskeunn!Peran KPU dan Bawaslu Nyaris Tak Terdengar di Pilkada Kota Tasikmalaya 2024, Padahal Anggarannya Gemuk!
Mereka tidak mampu bersaing dengan harga barang yang dijual di pasar online sehingga penjualan di kios makin lesu.
Seperti diketahui barang-barang di marketplace banyak yang memiliki harga murah dengan tipe serupa. Meski dari kwalitas kadang berbeda.
Belum lagi promo diskon yang diselenggarakan pihak marketplace untuk mernarik pembelian melalui aplikasi.
“Makanya tidak heran adanya kios yang dijual atau disewakan, karena pembeli sepi,” ujar Kepala UPTD Pasar Cikurubuk Deri Herlisana, kepada Radartasik.id.
Dia merinci dari 2.700 kios yang ada di Pasar Cikurubuk, sekitar 30 persen diantaranya sudah tutup.
Ada yang dikontrakan ada pula yang berniat menjualnya agar bisa digunakan untuk modal usaha lain.
“Keluhannya sepi yang sering kami dengar, ada sekitar 30 persen sudah menutup kios,” tandasnya.
Baca Juga:Ivan Dicksan Mampu Ciptakan Partisipasi Publik, Sehari 5-7 Titik Didatangi untuk Penuhi Undangan Warga!Viman Alfarizi dan Politik Sedekah: Gabungkan Kekuatan Kawan, Lawan dan yang Abu-Abu untuk Memenangkan Pilkada
Salahseorang pedagang di Blok B2 Budi (40), mengakui transaksi masyarakat melalui online berimbas terhadap mereka. Terlebih saat wabah pandemi covid-19 melanda, penjualan kian lesu.
“Mulainya itu saat pandemi Covid-19, ditambah dengan penjualan online yang dampaknya sangat besar, jadi lesu,” katanya saat ditemui di tokonya di blok B2.
Para pedagang kata dia, sudah tidak kuat menahan gempuran penjualan online yang harganya lebih murah.
Hal itu dimaklumi lantaran kini muncul fenomena para produsen atau pelaku tangan pertama menjual barangnya langsung ke konsumen. Sehingga harga barang bisa jauh lebih murah.
Sedangkan para pedagang di Pasar Cikurubuk adalah tangan kedua yang secara otomatis harus menyisihkan harga sedikit lebih tinggi dari pembelian agar bisa mendapatkan untung.
Hal ini kemudian membuat konsumen beralih pada barang-barang yang dijual secara online.
“Paling 50 persen toko tutup, ada yang dijual ada yang disewakan. Karena mungkin tidak kuat lagi dengan sepinya pembeli akibat penjualan sistem online, dan ekonomi yang juga mungkin sedang melesu,” ceritanya. (Firgiawan)