Oleh: H Dindin C Nurdin (Direktur Peduli Bakti Pesantren Foundation Jabar)
Mendengar namanya, telinga publik sudah bisa menebak figur Dicky Chandra adalah selebritis yang sering lalu lalang di layar televisi dan hilir mudik di media sosial.
Persaingan politik pilkada tentu membutuhkan kelengkapan banyak syarat, di antaranya dikenal publik pemilih, sebagai pesohor Dicky Chandra mengantongi popularitas artis seniman dan sempat ”mengenyam” jabatan birokrasi—Wakil Bupati Garut.
Melihat fenomena sejak era awal pilkada langsung tahun 2005, sosok artis dengan modal beken dalam kontestasi politik acapkali ditempatkan sebagai citarasa pelengkap ”Vote getter” objek pendulang suara oleh para politikus dan dijadikan ”endorser” iklan penguat elektoral partai politik.
Baca Juga:250 Anak Bandung Raya Dikhitan Massal oleh bank bjbGabung AC Milan, Alvaro Morata Ucapkan Selamat Tinggal ke Atletico Madrid
Bagi masyarakat Kota Tasik, kehadiran calon wali kota dari kalangan selebritis dalam pilkada tidak lagi dianggap ”Hot News” atau kabar menggemparkan, hal ini disebabkan karakter pemilih dalam pilkada tidak hanya membutuhkan figur tenar, saat ini publik pemilih lebih selektif, argumentatif dan sebagian malah cenderung bersyarat akomodatip (akomodasi dan tip).
Dalam ingatan memori publik kota Tasik, 5 tahun yang lalu Dicky Chandra tercatat pernah ikut menjadi kontestan pilkada dan terjerembab di jurang kekalahan, peristiwa politik ini tentu menjadi rujukan partai politik untuk menimbang kembali lebih cermat tentang pesona kandidat walikota dari unsur selebritis.
Masih tersedia waktu bagi Dicky Chandra untuk meyakinkan publik pendukung dan partai politik sebagai pengusung bahwa kehadirannya berlaga di pentas pilkada kali ini tidak sebatas modalitas beken, namun mengusung gagasan brilian dan lengkap syarat lahir batin untuk masyarakat Kota Tasik menuju pintu kemajuan dan mencapai gerbang kemakmuran. (*)