Ia juga mengetahui ihwal Perwalkot pembatasan Plastik Sekali Pakai (PSP).
Menurutnya selama enam bulan berlaku, belum efektif dilakukan. Begitupun dengan kuantitas sampah plastik yang tidak berkurang.
“Menurut saya sih kurang efektif ya sama seperti tadi bahwa sampah plastik ini paling banyak. Karena ya itu rumah makan pasti pada menggunakan sampah plastik bahkan tidak berkurang dan lebih banyak. Gak ada tuh penurunan angka sampah plastik itu, bahkan jauh lebih banyak,” tuturnya.
Baca Juga:Ivan Dicksan Mampu Ciptakan Partisipasi Publik, Sehari 5-7 Titik Didatangi untuk Penuhi Undangan Warga!Viman Alfarizi dan Politik Sedekah: Gabungkan Kekuatan Kawan, Lawan dan yang Abu-Abu untuk Memenangkan Pilkada
Pria yang sudah 15 tahun bekerja itu mengatakan bahwa, masyarakat masih tak hapal waktu menaruh sampah yang akan diambil petugas untuk diangkut dari lingkungan rumahnya.
Waktu yang tidak sinkron ini yang kerap menimbulkan kesalahpahaman.
“Kalau bisa membuang sampahnya pagi-pagi sekali minimal jam 8, itu dah di luar semua. Istilahnya udah nggak ada sisa lagi (agar terangkut oleh petugas, red), jadi kasihan kan yang kena imbasnya nanti masyarakat lagi kaya baunya kotornya,” terangnya.
Menurut ZA, kendala keterlambatan pengangkutan kadang berasal dari masyarakat.
Jam penarikan petugas yang pagi-pagi itu, sempat tak menemukan sampah di lingkungan masyarakat sehingga akan dilewat.
“Kita ini kan kerjanya bukan hanya satu tempat. Ada yang ditugaskan ke (jalan) Apipah ke (jalan) Laswi, terus ke Mitra Batik. Jadi bukan satu cabang. Nanti muter lagi kemana. Kalo pagi-pagi sampah udah dikeluarkan kan jadi enak tinggal angkut nggak ada yang tertinggal lagi,” cerita ZA.
“Tapi masyarakat kan sekarang suka menyalahkan ke petugas sampah gitu bahwa kita jadi ada bahasa tidak mengangkut sampah, kerja kurang bener. Padahal pas kita ke sana sampahnya nggak ada,” keluhnya. (Ayu Sabrina)