Selanjutnya, kata dia, Prabu Selang Kuning keluar dari Kerajaan Pulo Majeti menyusuri hutan menuju ke arah selatan (Pangandaran). Jin yang menjelma menjadi Prabu Selang Kuning, kemudian melanjutkan pemerintahan Kerajaan Pulo Majeti kala itu.
Beberapa lama kemudian, Prabu Selang Kuning jelmaan jin memerintah pihak kerajaan. Akan tetapi terjadilah wabah berupa penyakit yang menyebabkan kematian hingga terjadi kekacauan.
“Lalu seorang Pandita dengan ilmunya melihat sang raja yang saat itu memimpin bukan Prabu Selang Kuning yang sesungguhnya. Tapi jin yang menjelma sebagai raja,” tegasnya.
Baca Juga:Dishub Kota Banjar Cegah Kecurangan, Juru Parkir Harus Setor LangsungPilkada Garut 2024, Helmi Budiman Punya Kans Besar Maju Jadi Calon Bupati
Kata dia, mengetahui hal itu munculah pengumuman supaya tidak lagi melaksanakan segala perintah raja tersebut, karena bukan yang asli. Jin yang menyerupai sang raja pun bingung dan menduga musibah tersebut disebabkan cincin yang dicurinya dari Prabu Selang Kuning sesungguhnya.
Jin itu langsung melempar cincin yang dicurinya ke arah selatan, hingga akhirnya jatuh di laut selatan. Dia pun lalu kembali ke negrinya.
Diceritakan, Prabu Selang Kuning yang pergi ke selatan sering membantu para nelayan menjaring ikan, supaya mendapat upah. “Waktu itu, upah ikan yang didapatnya disembelih (dipotong) untuk dimasak. Tiba-tiba muncul cincin miliknya dari dalam perut, yang sempat hilang,” katanya.
Akhirnya, Prabu Selang Kuning kembali memakai cincin yang sempat hilang hingga kesaktian dan kegagahan sang raja pun pulih kembali.
Prabu Selang Kuning pun kembali ke Pulo Majeti dan mendampingi istrinya yang sempat ditinggalnya sementara waktu. Hingga akhirnya kerajaan Pulo kembali tentram, aman dan rakyatnya sejahtera.
Keadaan Kerajaan pun damai, hingga akhirnya Prabu Selang Kuning meninggalkan kerajaan dan cincin saktinya demi anak cucunya. “Menurut cerita, cincin itu menjadi rebutan dan akhirnya dimiliki oleh Syekh Syarif Hidayatullah,” katanya.
Sebelum pergi, Prabu Selang Kuning meninggalkan wasiat di pohon Katubaya yang satu dahannya empat. Dimana tiap dahan memiliki makna.
Baca Juga:50,2 Km Jalan di Garut Pakai Aspal Campur Sampah Plastik, Bakal Lebih Awet?Petahana Herdiat Sunarya PDKT dengan Partai Gerindra, Pilkada Ciamis 2018 Akan Terulang di 2024?
Pertama untuk perilmuan, kedua kepangkatan. Ketiga, kekayaan/keduniaan dan keempat kuda Sembrani. Wasiat itu turun temurun dari zaman ke zaman sampai saat ini. Isi wasiat bisa dimiliki siapapun yang menginginkannya, asal sungguh-sungguh dan mendapat ridho Allah SWT.