Dalam kajian itu, Yusuf mengulas soal jejak kemiskinan di Kota Resik ini.
Menurutnya, data yang riil belum didapatkan Pemerintah Kota Tasikmalaya hingga saat ini.
“Sensus BPS yang kurang tepat. Misalnya kemiskinan di Kota Tasikmalaya pada tahun 2017-2018 ada kenaikan 300%,” ungkapnya.
Baca Juga:Viman Alfarizi dan Politik Sedekah: Gabungkan Kekuatan Kawan, Lawan dan yang Abu-Abu untuk Memenangkan PilkadaRatusan Warga Indihiang Kota Tasikmalaya Dapat Bantuan Minyak Goreng Gratis
Pria yang sempat jadi Wali Kota Tasikmalaya gantikan Budi Budiman itu, mengatakan bahwa data yang sebenarnya akan memengaruhi kinerja ASN dalam mengentaskan kemiskinan.
“Kelemahan Kota Tasik data yang kurang relevan sehingga kerja pemerintah ngawur,” ucapnya.
Hal sama juga dikatakan, politisi PDI Perjuangan sekaligus bakal calon H Demi Hamzah Rahadian.
Dia mengaku terus berikhtiar bersama partainya meyakinkan publik.
Demi mengaku berniat maju di Kota Tasikmalaya karena menilai Kota Tasik perlu perbaikan yang lebih nyata lagi.
“Kenapa saya siap maju di Kota Tasik? Sebab saya merasa Kota Tasik adalah rumah saya sendiri. Sehingga saya tertantang memajukannya,” paparnya.
Seperti diketahui, kajian DKM Masjid Ulul Albab memang sering dilaksanakan setiap Sabtu Malam.
Tujuan dari diskusi tersebut untuk memberikan kontribusi bagi masyarakat dalam hal ide dan gagasan.
Baca Juga:Harapan dan Keyakinan Dua Pengusaha Tekstil Tasikmalaya bagi Ivan Dicksan di Pilkada 2024Hj Nurhayati Srikandi Politik, "Kado Istimewa" DPP PPP untuk Kota Tasikmalaya
Bahkan Masjid Ulul Abab ini sering disebut-sebut publik sebagai kandangnya kaum intelek di Tasikmalaya.
Bagaimana tidak, sebab pengurus hingga peserta diskusi diisi oleh para aktivis yang memilki backgraund kader dari organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). (Ayu Sabrina)